Buntaran Martoatmodjo adalah salah tokoh yang hadir dalam perumusan naskah proklamasi.
Lahir pada 11 Januari 1896 di Loano, Purworejo, Jawa Tengah, pria yang juga dokter ini merupakan anggota organisasi pemuda pergerakan kemerdekaan Indonesia, Barisan Pelopor.
Atas perintah Soekarno, Buntaran Martoatmodjo mendirikan Palang Merah Indonesia (PMI) pada 5 September 1945.
Tak hanya sepak terjang di ranah medis, Buntaran Martoatmodjo juga aktif dalam bidang olahraga.
Dia merupakan salah satu pendiri dan ketua Persatuan Lawan Tenis Indonesia atau PELTI.
Tercatat, Buntaran Martoatmodjo juga menjadi anggota Seksi Kemasyarakatan Bappenas periode 21 September 1959 sampai 18 November 1959.
Johannes "Nani" Latuharhary lahir di Ulath, Saparua, Maluku Tengah, Maluku, pada 6 Juli 1900.
Sebagai salah satu sosok yang memperjuangkan masuknya Maluku ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Latuharhary turut menghadiri pembacaan teks proklamasi.
Dirinya juga membawa berita kemerdekaan Indonesia ini kepada masyarakat Maluku.
Berkat jasanya, Latuharhary pun diangkat menjadi Gubernur Maluku pertama. Selama menjadi gubernur, ia mengabdikan hidup untuk membangun Maluku.
Hingga pada akhir tahun 1954, Latuharhary menyerahkan jabatan gubernur dan memangku tugas baru di dalam Kementerian Dalam Negeri.
Tokoh nasional dan pejuang kemerdekaan ini wafat di Jakarta, pada 8 November 1959.
Sebagai penghargaan dari bangsa Indonesia, Johannes Latuharhary dianugerahi "Mahaputra Indonesia" dan bintang jasa tertinggi "Mahaputra Pratama".
Kelahiran Bandung, Jawa Barat, pada 31 Maret 1897, Otto Iskandardinata adalah anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang hadir saat proklamasi.
Sosok ini merupakan pengusul agar Bung Karno dan Bung Hatta menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI.
Pahlawan nasional ini memiliki julukan Jalak Harupat, lantaran sikap berani dan non-kooperatifnya terhadap kebijakan Belanda.
Dikutip dari Kompas.com, Jalak Harupat dalam mitos Sunda merupakan ayam jantan yang kuat, pemberani, dan selalu menang saat diadu.
Deskripsi tersebut sangat menggambarkan Otto Iskandardinata yang memiliki jiwa pemberani.
Adapun pada 20 Desember 1945,Otto Iskandardinata meninggal dunia di Mauk, Tangerang, Banten dalam usia 48 tahun.
Baca juga: Link Download Logo HUT Ke-77 Republik Indonesia dan Panduan Penggunaannya