Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Laurentius Purbo Christianto
Dosen

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Penyandang Disabilitas tetapi Kok Berprestasi?

Kompas.com - 09/08/2022, 11:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Inilah yang tampak dari kisah para atlet penyandang disabilitas yang bertanding di ASEAN Para Games 2022. “Nyawiji, greged, sengguh ora mingkuh” merupakan pribahasa Jawa, yang menggambarkan etos kerja dan cara bagaimana seharusnya seseorang menjalani peran mereka.

“Nyawiji” berasal dari kata “siji” yang artinya satu; maka “nyawiji” artinya menyatu. Atlet disabilitas “menyatu” dengan ketidaksempurnaannya. Mereka menerima diri, tidak menampik bahwa mereka tidak sempurna. Hal ini membantu mereka untuk tidak menghabiskan waktu memikirkan kelemahan semata, tetapi fokus pada potensi yang dimiliki.

“Greged” artinya semangat. Melalui berbagai pemberitaan di media, terbaca bahwa semua atlet bertanding dengan penuh semangat. Mereka penuh semangat untuk membuktikan bahwa diri mereka yang terbaik. Tidak hanya itu, atlet penyandang disabilitas Indonesia juga bertanding dengan penuh semangat demi Bangsa dan Negara Indonesia.

Semangat yang sama besarnya telah mereka tunjukkan jauh bulan sebelum pertandingan, pada masa persiapan dan latihan.

“Sengguh ora Mingkuh” artinya sanggup dan pantang mundur. Para atlet penyandang disabilitas Indonesia menunjukkan bahwa mereka sanggup menjalankan peran mereka sebagai atlet Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan kesungguhan mereka sejak mulai dari latihan hingga pertandingan.

Pada saat bertanding, atlet-atlet penyandang disabilitas Indonesia juga menunjukkan sikap tidak menyerah. Beberapa atlet menuturkan bahwa badan mereka sakit, dan beberapa atlet mengatakan bahwa musuh mereka lebih kuat, tetapi mereka tidak mundur. Perjuangan para atlet itu  menunjukkan bahwa setiap orang punya peluang untuk berprestasi.

Setiap manusia memiliki disabilitasnya masing-masing, ada yang tampak, ada pula yang kasat mata. Karena itu setiap manusia pada dasarnya sama, mempunya inferioritasnya masing-masing, tetapi karena itu maka setiap manusia juga memiliki potensinya masing-masing untuk menjadi superior dan berprestasi.

Belajar dari para atlet, maka setiap orang secara psikologis perlu tergugah untuk selalu memperbaiki kualitas diri, kemudian peka terhadap “panggilan”, lalu menghidupi panggilannya dengan “nyawiji, greged, sengguh orang mingkuh”.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com