Ia juga mengatakan, warga juga tak terima karena ada ucapan Gus Samsudin yang menyebut warga akan ikut menghabisi jika terjadi apa-apa.
“Kami juga tidak terima dengan salah satu unggahan Gus Udin di YouTube di mana ada ujaran bahwa kalau sampai terjadi apa-apa maka akan dihabisi warga. Jadi warga merasa diseret pada perseteruan keduanya,” jelasnya, dikutip dari Kompas.com, Selasa (2/8/2022).
Ia memperkirakan warganet yang melakukan perundungan terhadap Desa Rejowinangun adalah para pengagum dan pengikut media sosial Pesulap Merah.
Bahkan, menurut Bhagas, layanan publik milik pemerintah di desa ikut diretas.
Ia menjelaskan terkait warganet yang menyalahkan aparat desa yang meminta KTP saat Pesulap Merah datang, menurutnya adalah sesuatu yang wajar.
“Padahal wajar kalau ada peristiwa yang dapat berpotensi memicu keresahan seperti itu kami berjaga-jaga. Kalau sampai ada konflik fisik, kami kan tidak tahu siapa saja orang-orang yang datang ke desa kami itu,” ujarnya.
Baca juga: Perseteruan Gus Samsudin dan Pesulap Merah, Aplikasi Layanan Publik Desa Rejowinangun Diretas
Bhagas selanjutnya mengatakan bahwa baik Pesulap Merah maupun Gus Samsudin sama-sama didukung oleh sejumlah orang yang mengatasnamakan sebuah ormas keagamaan yang sama.
Setelah ditelusur, menurutnya, ormas Gus Samsudin berasal dari Lampung. Sedangkan Pesulap Merah dari Tulungagung.
Pihaknya menjelaskan, alasan lain warga menuntut penutupan padepokan karena warga juga menganggap praktik perdukunan berbalut agama yang dijalankan Gus Samsudin telah banyak merugikan orang.
Menurutnya, warga sendiri tak percaya bahwa Gus Samsudin memiliki kemampuan pengobatan secara spiritual.
“Kata warga, beberapa pasien mengeluhkan masalah praktik yang dijalankan Gus Udin (Samsudin),” ujar Bhagas.
Meski demikian, Bhagas menjelaskan, warga dan Gus Samsudin akhirnya mengikuti mediasi di Kantor Polsek Kademangan (Lodaya Barat).
Dari mediasi tersebut disepakati padepokan ditutup sementara.
"Gus Samsudin tidak bersedia jika penutupan padepokan permanen," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.