Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Nur
PNS Kementerian Keuangan

PNS Kementerian Keuangan

Symbolic Convergence Theory dalam Fenomena Citayam Fashion Week

Kompas.com - 02/08/2022, 12:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BELAKANGAN negeri ini cukup dihebohkan oleh fenomena Citayam Fashion Week. Bermula dari viralnya istilah SCBD (Sudirman, Citayam, Bojonggede, Depok) di mana sekelompok anak muda dari wilayah sub-urban ibu kota “menjajah” kawasan Sudirman-Thamrin, sebuah kawasan yang dulunya seolah eksklusif hanya untuk kaum pekerja kantoran saja.

Kawasan ini semakin ramai dengan hadirnya generasi muda yang oleh sebagian tokoh disebut “kreatif”. Kreativitas anak-anak muda ini kemudian semakin viral dengan munculnya “Citayam Fashion Week”.

Sekelompok anak muda yang berlenggak-lenggok bagai sedang berjalan di catwalk, namun nyatanya mereka menggelar semacam fashion show di trotoar, bahkan zebra cross, di salah satu kawasan elite ibu kota.

Sebuah fenomena yang luar biasa, sehingga menarik minat para pejabat, bahkan artis-artis ikutan ambil bagian di sana.

Fenomena ini mengingatkan kita akan kisah “harajuku” di Jepang, yang mungkin juga memiliki kisah serupa di mana sekelompok anak muda dari pinggiran Jepang kemudian berhasil merambah kota-kota besar dan menularkan sebuah budaya dan identitas baru anak muda di negeri sakura.

Namun demikian, di balik viralnya kisah Citayam Fashion Week baru-baru ini, muncul juga berita lain dari kisah viral ini, yaitu ketika artis Baim Wong hendak mendaftarkan “merk” Citayam Fashion Week ke Dirjen HAKI untuk mendapatkan hak paten.

Sebuah langkah yang mendapat tentangan dari berbagai pihak. Sebagian pihak menyatakan bahwa tidak seharusnya Citayam Fashion Week dikuasai oleh satu pihak saja.

Ridwan Kamil bahkan menyindir dengan mengatakan bahwa Citayam Fashion Week adalah gerakan organik akar rumput yang tumbuh kembangnya harus natural dan organik pula (cnbcindonesia.com, 25 Juli 2022).

Dari perspektif teori komunikasi, fenomena ini bisa dilihat sebagai salah satu bentuk dari symbolic convergence theory (SCT).

Dikutip dari buku A First Look at Communication Theory karangan Griffin, Ledbetter, dan Sparks (2019, hal.223), pencetus teori ini, Ernest Bormann, menyatakan bahwa “sharing group fantasies creates symbolic convergence” atau berbagi fantasi kelompok menciptakan konvergensi simbolis.

SCT merupakan teori yang membahas fenomena pertukaran pesan yang kemudian menghasilkan kesadaran kelompok hingga menghasilkan makna, motif dan perasaan yang sama.

Suasana peragaan busana jalanan di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas mendadak viral karena gaya busana nyentik yang didominasi anak muda dari Depok, Citayam, dan Bojonggede.Dok. kompas.com/ Kristianto Purnomo Suasana peragaan busana jalanan di kawasan Dukuh Atas, Jakarta, Rabu (20/7/2022). Fenomena Citayam Fashion Week di kawasan Dukuh Atas mendadak viral karena gaya busana nyentik yang didominasi anak muda dari Depok, Citayam, dan Bojonggede.
Terdapat empat konsep penting dalam Teori SCT (Littlejohn, Foss, & Oetzel, 2017), yaitu fantasy theme, fantasy chain, fantasy type, dan rethorical visions.

Selanjutnya mari kita bahas fenomena Citayam Fashion Week dari perspektif keempat konsep dalam teori konvergensi simbolik.

Pertama fantasy theme (tema fantasi), di mana isi pesan yang didramatisasi menciptakan rantai fantasi.

Dramatisasi pesan terjadi ketika anggota-anggota kelompok membicarakan kejadian sama yang dialami anggota kelompok pada masa lalu atau pun masa depan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com