Citayam Fashion Week adalah sebuah kegiatan fashion show jalanan di kawasan elite ibu kota. Ketika anak-anak muda dari wilayah pinggiran Jakarta “menjajah” ibu kota, kreativitas mereka muncul dalam sebuah simbol fashion show jalanan.
Sebuah simbol yang kemudian dibicarakan berulang, secara berantai (terutama di media daring dan media sosial), dan kemudian justru semakin didramatisasi oleh kisah Baim Wong yang hendak mendaftarkan HAKI dari Citayam Fashion Week.
Kurniatmastria dan Sulistyani (2021) menyatakan bahwa kelompok virtual semakian tumbuh dengan adanya kemajuan teknologi internet dan komunikasi.
Menurut mereka, rasa kebersamaan akan muncul ketika ada rasa keanggotaan, pengaruh, pemenuhan kebutuhan, hingga hubungan emosional yang terjalin di dalam kelompok.
Dalam fenomena Citayam Fashion Week, kita dapat mengamati bahwa salah satu tokoh utama fenomena ini, yaitu Roy, Bonge dan Jeje menjadi simbol bahwa kawasan elite ibu kota yang tadinya seolah mustahil untuk didatangi oleh kamu urban, justru dapat menjadi ajang pembuktian kreativitas anak muda dari pinggiran Jakarta.
Sebuah “fantasi” yang kemudian menjadi nyata di kalangan kelompok SCBD ini. Ketiga orang itu bahkan sempat mendapatkan tawaran beasiswa dari Mas Menteri Sandiaga Uno (detik.com, 19 Juli 2022).
Selanjutnya fantasy Chain (rantai fantasi), yang terbentuk ketika pesan yang didramatisasi mendapat tanggapan dari anggota dalam kelompok sehingga meningkatkan kohesivitas kelompok. Akhirnya memunculkan konvergensi simbolik dan memiliki makna bersama.
Kelompok SCBD (Sudirman, Citayam, Bojonggede, Depok) awalnya bisa saja tidak terlalu dianggap oleh publik.
Namun dengan bantuan media sosial, kreativitas kelompok anak muda ini kemudian menjadi viral di seantero negeri.
Ketika kelompok ini kemudian memunculkan Citayam Fashion Week di kawasan elite ibu kota, maka dramatisasi muncul mengikuti kisahnya.
Artis-artis bahkan tokoh nasional seperti Ridwan Kamil, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno tidak mau kalah dan ikut mejeng di Citayam Fashion Week dengan ciri khas gaya mereka masing-masing.
Keikutsertaan para tokoh nasional ini tentu menjadi semacam dramatisasi kisah viral SCBD dan Citayam Fashion Week-nya.
Ketiga fantasy type (tipe fantasi), di mana tema fantasi dibicarakan berulang dengan komposisi retorika dari narasi yang sama.
Walaupun tokoh, setting, latar belakang, karakter dan sebagainya sama, namun bisa menghasilkan topik yang berbeda berdasarkan retorika yang dimunculkan oleh kelompok. Fenomena serupa pernah muncul di era harajuku di Jepang (intisari.grid.id, 5 Maret 2018).
Retorika kisah anak muda pinggiran yang mejeng di kawasan elite ibu kota tentu merupakan sebuah cerita yang “enak” untuk dilahap oleh media sosial.