"Maka tatkala anak itu sampai (pada usia sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku sedang menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!', Ismail menjawab: 'Wahai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Melihat ketakwaan Nabi Ibrahim dan putranya, Allah SWT kemudian mengganti Nabi Ismail dengan seekor kambing.
Itulah asal mula ibadah kurban yang dilaksanakan umat Islam setiap hari raya Kurban atau hari raya Idul Adha.
Baca juga: Syarat Hewan Kurban di Tengah Wabah PMK
Lantas, mengapa Idul Adha juga disebut sebagai Lebaran Haji?
Penyebutan Lebaran Haji untuk hari raya Idul Adha tak lepas dari pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci pada bulan Zulhijah.
Dilansir dari Kompas.com, pada 9 Zulhijah, umat Islam yang menunaikan ibadah haji tengah melaksanakan puncak ibadah, yakni wukuf di Padang Arafah.
Wukuf merupakan ritual haji yang mengajarkan umat Islam untuk meninggalkan aktivitasnya sejenak.
Baca juga: Apa Itu Visa, yang Membuat 46 Calon Haji Dipulangkan ke Indonesia
Tujuannya, agar jemaah dapat merenungkan diri, seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim setelah menerima perintah Allah untuk mengorbankan Nabi Ismail.
Sementara itu, bertepatan dengan wukuf di Arafah atau hari Arafah, bagi umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji, disunahkan untuk menjalankan puasa.
Adapun ganjarannya, sebagaimana terdapat dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, adalah menghapus dosa selama dua tahun.
"Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa satu tahun yang lalu dan satu tahun akan datang."
Baca juga: Benarkah Gelar Haji Warisan dari Belanda dan Hanya Ada di Indonesia?