Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Kanker Serviks Cuma Menyerang 'Cewek Nakal'? Ini Kata Dokter

Kompas.com - 05/07/2022, 07:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Salah satu mitos di masyarakat menyebut, kanker serviks atau kanker leher rahim biasanya menyerang "perempuan nakal" atau mereka yang sering bergonta-ganti pasangan.

Kanker serviks adalah jenis kanker yang terjadi pada sel-sel leher rahim (bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina).

Berbagai jenis human papillomavirus (HPV) yang tergolong dalam infeksi menular seksual menjadi salah satu faktor penyebab dari sebagian besar kanker serviks.

Kanker serviks terjadi saat sel-sel berubah di leher rahim wanita, tempat penghubung rahim dan vagina.

Baca juga: 7 Cara Pencegahan Kanker Serviks yang Penting Diketahui

Lantas, benarkah mitos yang menyebut bahwa kanker serviks hanya akan mengenai "perempuan nakal"?

@selphiebong Ga selalu tentang seggs #kankerserviks #vaksinserviks #hygiene #selphiebong #tiktokindonesia #samasamabelajar #fypdong ? original sound - Ms. Bong

Penjelasan dokter

Terkait hal tersebut, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad) yang juga Ketua Terpilih PP POGI Prof. Dr. Yudi Mulyana Hidayat, dr. SpOG Subspesialis Onkologi memberikan penjelasannya.

Yudi menegaskan, pandangan yang menyebut penderita kanker serviks adalah "perempuan nakal" adalah stigma yang salah.

“Jadi kanker serviks itu bisa menyerang siapa saja, atau semua wanita itu berisiko,” ujar Yudi saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/7/2022).

Hal ini menurut Yudi, karena penyebab kanker serviks adalah human papiloma virus atau HPV.

Dia juga mengatakan, dari hasil survei, sebanyak 84,6 persen perempuan di seluruh dunia jika diperiksa akan positif virus HPV.

“Artinya semua wanita punya risiko, hanya virus ini masuk melalui kontak seksual,” kata Yudi.

Sehingga perempuan yang pernah melakukan kontak seksual berisiko terkena kanker serviks karena virus akan masuk ke dalam mulut rahim.

“Karena itu paling baik lakukan vaksinasi untuk mencegah supaya virus tak masuk tubuh kita, dia tak menyerang atau merusak sel mulut rahim,” jelas dia.

Baca juga: Guru Besar Unpad: Setiap Perempuan Berisiko Kena Virus Kanker Serviks

 

Apa itu kanker serviks?

Dikutip dari MayoClinic, kanker serviks adalah jenis kanker yang terjadi pada sel-sel leher rahim, bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina.

Saat seseorang terpapar virus HPV, maka sistem kekebalan tubuh biasanya mencegah virus melakukan kerusakan.

Namun pada sebagian kecil orang, virus bertahan selama bertahun-tahun. Hal inilah yang berkontribusi pada proses yang menyebabkan beberapa sel serviks menjadi sel kanker.

Gejala kanker serviks

Gejala pada kanker serviks pada stadium awal biasanya tak menunjukkan gejala.

Namun pada stadium lanjut sejumlah gejala yang bisa muncul yakni:

  • Pendarahan vagina setelah hubungan seksual, antara periode atau setelah menopause
  • Keputihan berair dan berdarah yang mungkin berat dan berbau busuk
  • Nyeri panggul atau nyeri saat berhubungan intim
  • Mengalami menstruasi yang lebih berat dari biasanya
  • Rasa sakit saat berhubungan seks rasa sakit di punggung bagian bawah, di antara tulang pinggul (panggul), atau di perut bagian bawah.

Jenis-jenis kanker serviks

Terdapat lebih dari satu jenis kanker serviks, berikut ini di antaranya:

  • Karsinoma sel skuamosa: terbentuk di lapisan serviks, ditemukan di hingga 90 persen kasus kanker serviks
  • Adenokarsinoma: jenis ini terbentuk di sel-sel yang menghasilkan lendir
  • Karsinoma campuran: memiliki fitur dari dua jenis lainnya.

Faktor risiko kanker serviks

Sejumlah faktor risiko yang bisa menyebabkan kanker serviks yakni meliputi:

  • Memiliki lebih dari satu pasangan seksual
  • Aktivitas seksual pada usia dini
  • Infeksi menular seksual (IMS) lainnya
  • Sistem kekebalan tubuh lemah
  • Merokok
  • Paparan obat pencegah keguguran.

Cara mencegah kanker serviks 

  1. Lakukan tes HPV DNA
  2. Makukan vaksinasi HPV
  3. Hindari merokok
  4. Selalu melakukan seks yang aman
  5. Jaga kebersihan vagina.

Baca juga: 9 Cara Mencegah Kanker Serviks Saran Dokter Obgyn

 

Belum pernah berhubungan seksual

Pada perempuan yang belum pernah melakukan hubungan seksual Yudi menilai kejadian kanker serviks tetap ada namun sangat kecil.

Hal itu sebagaimana laporan di Amerika Serikat bahwa perempuan yang belum pernah melakukan aktivitas seksual dengan laki-laki tetap bisa terkena kanker serviks

Terutama jika mereka melakukan aktivitas seksual menggunakan alat bantu seks.

“Memasukkan barang ke vagina sampai mulut rahim bisa menghantarkan virus yang ada di bibir kemaluan,” ungkapnya.

Namun secara alamiah, Ia menjelaskan kanker serviks umumnya terjadi harus dengan adanya kontak seksual.

Bahaya kanker serviks

Yudi menjelaskan, bahaya kanker serviks bisa mengakibatkan seseorang kehilangan fungsi reproduksinya bahkan saat penyakit ini masih masuk stadium awal.

Sehingga Ia mengingatkan, kepada anak-anak muda untuk menghindari seks bebas di usianya yang masih dini.

“Makin dini virus masuk, makin dini kena kanker serviks, makin dini dia kehilangan fungsi repsroduksinya,” ujarnya.

Ia melanjutkan, kanker serviks pada stadium lebih lanjut risikonya adalah penyakit menyebar ke organ-organ lain seperti paru-paru hingga akhirnya bisa menimbulkan kematian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com