Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Pulang, Rusia-Ukraina Kembali Perang, Apakah Diplomasi Gagal?

Kompas.com - 05/07/2022, 07:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa hari setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia, kedua negara kembali berperang. 

Tepat di hari ke-130 perang, Rusia berhasil menguasai wilayah Luhansk, Ukraina Timur, setelah merebut Kota Lysychansk.

Beberapa pihak pun mempertanyakan keberhasilan misi perdamaian Jokowi pada konflik tersebut. Apakah misi perdamaian Jokowi ke Ukraina dan Rusia gagal?

Baca juga: PDI-P: Menghentikan Perang Rusia-Ukraina, Tak Bisa Hanya Jokowi Sendiri

Bukan hal sederhana

Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhadi Sugiono mengatakan, terlalu berlebihan untuk menuntut hasil instan pada kunjungan Jokowi.

"Sebuah konflik dengan skala sebesar ini saya kira bukan hal yang sederhana untuk diselesaikan," kata Muhadi kepada Kompas.com, Senin (4/7/2022).

Menurut Muhadi, misi perdamaian Jokowi adalah perspektif baru dalam melihat konflik Rusia-Ukraina.

Dia mengatakan, sejak awal invasi Rusia ke Ukraina tak ada negara yang berkeinginan menghentikan perang. Sebaliknya, negara-negara besar justru memberi dukungan terhadap Ukraina untuk melawan Rusia.

"Ketika semua negara tidak melakukan apa-apa atau bahkan mendorong perang tetap berjalan, Pak Jokowi atau Indonesia memandang tidak terlalu penting untuk melihat siapa yang salah, yang penting adalah menghentikan perang itu," jelas dia.

"Karena konsekuensinya adalah kalau perang ini berkepanjangan, dampaknya juga akan luar biasa besar," kata dia. 

Baca juga: Eks Dubes RI untuk Rusia Sebut Kunjungan Jokowi Upaya Perdamaian Dunia

Tuntutan kedua pihak

Ia menjelaskan, perundingan perdamaian baru bisa dilakukan dengan baik apabila tuntutan kedua pihak dijadikan sebagai bagian yang dinegosiasikan, bukan sesuatu yang menutut adanya negosiasi.

Dalam hal ini, Muhadi melihat Jokowi mungkin tak bisa memberikan jaminan. Namun, hal itu tidak bisa dianggap gagal. Sebab perlu tindakan lebih lanjut dan tidak bisa selesai dalam sekali pertemuan.

"Kalau kita lihat perjanjian Camp David antara Mesir dan Israel itu kan butuh waktu yang lama. Jadi menurut saya mungkin perlu waktu dan tindaklanjut diplomatic mission," ujarnya.

"Tidak ada perundingan perdamaian itu berjalan dalam waktu sekali tembak selesai. Jadi yang dituntut oleh Ukraina dan Rusia itu harus digodok supaya bisa ketemu," lanjutnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Tren
8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

Tren
4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

Tren
7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

7 Cara Cek Pemadanan NIK-NPWP Sudah atau Belum, Klik ereg.pajak.go.id

Tren
Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Perbandingan Rangking Indonesia Vs Tanzania, Siapa yang Lebih Unggul?

Tren
Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Kenali Beragam Potensi Manfaat Daun Bawang untuk Kesehatan

Tren
Mempelajari Bahasa Paus

Mempelajari Bahasa Paus

Tren
7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

7 Potensi Manfaat Buah Gandaria, Apa Saja?

Tren
Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Dortmund Panen Kecaman setelah Disponsori Rheinmetall, Pemasok Senjata Perang Israel dan Ukraina

Tren
Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Murid di Malaysia Jadi Difabel setelah Dijemur 3 Jam di Lapangan, Keluarga Tuntut Sekolah

Tren
Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Sosok Calvin Verdonk, Pemain Naturalisasi yang Diproyeksi Ikut Laga Indonesia Vs Tanzania

Tren
Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Awal Kemarau, Sebagian Besar Wilayah Masih Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang, Mana Saja?

Tren
Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Mengenal Gerakan Blockout 2024 dan Pengaruhnya pada Palestina

Tren
Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Korea Utara Bangun 50.000 Rumah Gratis untuk Warga, Tanpa Iuran seperti Tapera

Tren
Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com