Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Toto TIS Suparto
Editor Buku Lepas, Ghostwritter

Editor Buku

Lidah Tak Bertulang Sang Pemimpin

Kompas.com - 26/06/2022, 14:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sebenarnya kita bisa membaca karakter pemimpin dengan mendengarkan cara mereka berbahasa.

Ada yang meledak-ledak penuh serangan. Jangan-jangan ia seorang pendendam. Maunya terus menerus menyudutkan lawan politiknya dengan bahasa vulgar sehingga terdengar kasar.

Sebaliknya ada yang terkesan hati-hati sehingga yang terdengar datar-datar saja. Biasanya bahasa macam ini milik orang yang penuh pertimbangan.

Jauh menengok ke belakang, ada seorang capres pada Pemilu 2009 -- yang dari analisis psikologi politik -- memiliki beberapa kelemahan, di antaranya konservatif dan tidak fleksibel, mudah tersinggung, dan dingin terhadap orang yang baru dikenal, serta terkesan superior.

Maka dalam berbahasapun cenderung menyerang dan enggan dikritik. Begitu ia dikritik pihak lain, seketika ia akan menyerang ulang dengan bahasa yang lebih vulgar.

Ia menciptakan istilah yang membuat telinga lawan memerah. Kita pun acap dibuat risih mendengarkan bahasanya, namun para loyalis pura-pura tak mendengarnya.

Teladan "berbudi bawa leksana"

Tatkala berbicara bahasa pemimpin, seketika ingat sosok Haji Agus Salim. Ia bisa digambarkan "unen-unen" Jawa yang berbunyi "berbudi bawa leksana".

Karakter berbudi bawa leksana ini diberikan kepada pemimpin yang setiap ucapannya dilaksanakan dengan penuh konsekuen dan tanggung jawab.

Setiap berkata disertai tanggung jawab. Ibarat peribahasa, karakter ini bukanlah tipikal "lidah tak bertulang" alias asal berkata.

Sikap berbudi bawa leksana akan memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, karena pemimpinnya menjalankan semua peraturan dengan penuh dedikasi demi kemaslahatan rakyat.

Pada akhirnya tentu berujung pada pemerintahan yang berwibawa dan bersih, kemudian masyarakat menemukan apa yang disebut sebagai "tepa tuladha", yakni sosok yang bisa diteladani.

Agus Salim layak menyandang berbudi bawa leksana. Lihat saja penggalan hidupnya. Ia menduduki posisi pejabat tinggi (menteri muda dan menteri) setelah Indonesia merdeka, tetapi hidupnya tak pernah berubah.

Kata Prof. Schermerhorn (wakil dari Belanda yang menandatangani persetujuan Naskah Perjanjian Linggarjati) dalam catatan hariannya, "Orang tua [Agus Salim] yang sangat pandai ini seorang jenius dalam bidang bahasa, mampu berbicara dan menulis dengan sempurna dalam sembilan bahasa. Mempunyai hanya satu kelemahan, yaitu selama hidupnya melarat".

Adakah sosok Haji Agus Salim sekarang ini? Adakah tepa tuladha bagi masyarakat?

Ada juga sih. Namun acap tenggelam oleh mereka yang menganggap gampang untuk menjadi pemimpin sehingga tak menyadari bahwa lidah mereka tak bertulang.

Tampaknya mereka yang punya "lidah tak bertulang" itu lupa harga diri terletak pada bahasanya.

Inilah yang digambarkan masyarakat Jawa dengan "ajining dhiri ana lathi". Sayang kalau kita punya pemimpin yang kehilangan harga dirinya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Perjalanan Sashya Subono, Animator Indonesia di Balik Film Avatar, She-Hulk, dan Hawkeye

Tren
Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli 'Cash', Ini Faktanya

Ramai soal Mobil Diadang Debt Collector di Yogyakarta padahal Beli "Cash", Ini Faktanya

Tren
Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Pria di India Ini Memiliki Tumor Seberat 17,5 Kg, Awalnya Mengeluh Sakit Perut

Tren
Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Daftar 10 Ponsel Terlaris di Dunia pada Awal 2024

Tren
Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Ramai soal Pejabat Ajak Youtuber Korsel Mampir ke Hotel, Ini Kata Kemenhub

Tren
Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Beredar Penampakan Diklaim Ular Jengger Bersuara Mirip Ayam, Benarkah Ada?

Tren
Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Warganet Sambat ke BI, Betapa Susahnya Bayar Pakai Uang Tunai di Jakarta

Tren
Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Daftar Bansos yang Cair Mei 2024, Ada PKH dan Bantuan Pangan Non-tunai

Tren
8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

8 Catatan Prestasi Timnas Indonesia Selama Dilatih Shin Tae-yong

Tren
Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Promo Tiket Ancol Sepanjang Mei 2024, Ada Atlantis dan Sea World

Tren
Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Viral, Video Drone Diterbangkan di Kawasan Gunung Merbabu, TNGM Buka Suara

Tren
Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Daftar 19 Wakil Indonesia dari 9 Cabor yang Sudah Pastikan Tiket ke Olimpiade Paris 2024

Tren
Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Warga Bandung “Menjerit” Kepanasan, BMKG Ungkap Penyebabnya

Tren
Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Medan Magnet Bumi Melemah, Picu Kemunculan Makhluk Aneh 500 Juta Tahun Lalu

Tren
Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Jadwal Keberangkatan Haji 2024 dari Indonesia, Ini Cara Mengeceknya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com