Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Ma’ruf, Ph.D
Dosen Universitas Paramadina

Dosen Universitas Paramadina. Peneliti Pancasila dan Isu-Isu Kontemporer.
Direktur Real Thinkers Institute (RTI).

Politik Identitas Arab di Era Medsos

Kompas.com - 21/06/2022, 13:03 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Independensi tubuh Kearaban di era digital

Harapan penulis buku Identitas Arab itu Ilusi sepertinya tidak mudah. Nostalgia optimis itu wajar. Bukan karena keturuan Arab tidak mau berubah, tetapi identitas kearabanya tidak sepenuhnya bisa dikendalikan di era digital sekarang.

Budaya makian cebong dan kadal gurun tidak mudah disembuhkan. Algoritma medsos telah mengendalikan hampir secara penuh. Masyarakat memiliki sedikit peluang untuk bermain secara fair.

Masyarakat sebenarnya mungkin tidak ingin terbelah, tapi membelah diri secara sukarela, karena keterikatanya pada medsos itu sendiri begitu tinggi.

Politik identitas berjalan dan difasilitasi oleh teknologi digital. Oposisi biner telah memproduksi budaya rasisme dan radikalisme. Kebebasan bergerak manusia dibatasi oleh fasilitas yang tersedia yang begitu ramah dan mengikat (user friendly).

Sebuah sikap pilihan di tengah secara hakiki tidak akan dibiarkan naik panggung. Karena jika dibuka, maka drama konflik menjadi tiada. Tanpa konflik, industri mendsos tidak akan bertahan.

Selanjutnya wacana kearaban, keislaman, keindonesiaan transformasinya berjalan tidak alamiah, karena dalam situasi kebebasan yang terteror dan dikendalikan.

Aspirasi dan kebutuhan ekonomi para pihak yang berkonflik bahkan difasilitasi dan dikendalikan oleh pemilik industri digital.

Bahasa Arab sebagai bahasa objektif, yang berisi konten berbobot yang ditawarkan penulis masih di luar area permainan. Karena permainan medsos hidup dari situasi perkawinan post truth dan politik identitas.

Rasionalitas sejati tidak akan bisa mencari jutaan subscriber dan viewer. Sisi banalitas, kekasaran, rasisme, caci maki bersama dengan rasionalitas, empati, penghormatan memang akan terus diwadahi.

Tapi ingat, budaya post truth akan dimenangkan seolah alami. Truth akan dikalahkan, karena di situlah kekuasaan tersembunyi bersarang (kekuataan industri digital).

Meski demikian tidak boleh pesimis. Lawan dari digital adalah konvensional. Pertemuan-pertemuan antarwarga dengan tatap muka menjadi opsi simpel dan solutif.

Matikan HP sejenak, berkunjunglah kepada sesama para pihak-warga yang terbelah. Bicara dari hati ke hati, mulai membangun bisnis bersama, dan tidak menggantungkan penghidupan dari Twitter war, Youtube war, dan Facebook war.

Barangkali tantangan bagi penulis buku Identitas Arab itu Ilusi tidak hanya berhenti menemukan bahasa Arab sebagai formasi pembentuk utama identitas Arab yang harus terus diupayakan menjadi ilmu yang solid dan empatik.

Tetapi permainan bahasa algoritma, ekspansi Biologi-Kimia yang menjadi ciri industri 4.0 harus direspons dengan penemuan sebuah sistem software yang sistemik dan terstruktur sehingga bisa menundukkan oposisi benar yang dominatif.

Selain itu, tentu baik kadrun dan cebong sebagai korban sisa pemilu, sama-sama perlu mendewasakan dirinya masing-masing, membuat konten diskursus publiknya lebih bermutu, berilmu dan rasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com