Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Jangan Benturkan Agama dan Sains

Kompas.com - 17/06/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA hakikatnya agama dan sains merupakan dua mahakarya peradaban. Namun dua mahakarya peradaban tersebut kerap disalah-gunakan oleh manusia sebagai alasan untuk hidup bersama secara tidak rukun.

Yang bisa keliru berbuat keliru apalagi dosa jelas bukan agama dan sains, namun hanya terbatas manusia belaka.

Kerap kali kaum sains dan para simpatisan sains melecehkan kaum agamis dan para penganutnya sebagai pemercaya takhayul, dogmatis, ketinggalan jaman bahkan penghambat perkembangan peradaban.

Pelecehan yang memang benar-benat terjadi baik sebagai fenomena psikokultural mau pun berdasar rekam jejak sejarah peradaban.

Fakta sejarah membuktikan bahwa pada abad pertengahan yang disebut sebagai masa gelap memang penguasa gereja sangat mencurigai sains dan saintis.

Korban paranoida gereja yang paling tersohor adalah Galileo Galilei yang akibat berani membenarkan teori Kepler dan Kopernikus bahwa dunia memutari matahari, sementara gereja berpegang teguh pada keyakinan bahwa dunia di mana manusia berada adalah pusat semesta, maka matahari memutari dunia bukan sebaliknya.

Akibat memang total kalah kekuasaan, maka Galileo terpaksa mengkhianati keyakinan dirinya sendiri demi membenarkan keyakinan gereja agar dirinya tidak dihukum terlalu berat oleh gereja yang pada masa itu tidak mustahil bisa sampai dalam bentuk hukuman mati.

Korban ketidak-sukaan gereja terhadap sains paling tersohor lainnya adalah Charles Darwin yang gegabah mengungkap gagasan evolusi yang dianggap sangat berbahaya merusak teori genesis versi gereja.

Di Amerika Serikat yang konon demokratis, bahkan penguasa gereja sempat resmi melarang teori evolusi Darwin diajarkan di sekolah-sekolah yang kemudian digugat oleh para pendukung Darwin sehingga teori evolusi boleh diajarkan di sekolah meski lanjut dihujat oleh gereja dan para penganut setia gereja.

Sampai masa kini di Amerika Serikat masih ada warga yang tidak percaya teori evolusi atau dunia mengitari matahari, bahkan lebih percaya bahwa dunia datar.

Maka pada hakikatnya dapat dimengerti bahwa ada pula masyarakat yang pro sains yang kemudian melecehkan agama sebagai balas dendam atas perlakuan tidak adil terhadap Galileo dan Darwin dan para saintis lain-lainnya.

Namun selama tidak menyengsarakan umat manusia sebenarnya tidak masalah apabila ada yang berkeyakinan bahwa dunia adalah pusat semesta dan Tuhan menciptakan Adam dari tanah serta Hawa dari tulang rusuk Adam dan ada yang berkeyakinan matahari diputari planet bumi serta menolak teori evolusi berdasar seleksi alam versi Darwin.

Fakta sejarah membuktikan bahwa di kawasan Bait Al Hikmah yang dihadirkan di Bagdad pada abad IX, agama dan sains dapat bersatu padu menjadi energi lahir-batin untuk menyejahterakan manusia.

Sama halnya mashab kerukunan umat beragama berdasar agamamu agamamu, agamaku agamaku, maka absahlah mashab kerukunan antara umat agama dengan umat sains berdasar keyakinanmu keyakinanmu, keyakinanku keyakinanku tanpa saling mengganggu apalagi saling melecehkan.

Meski saling beda keyakinan, namun umat beragama dan masyarakat bersains mampu kalau mau saling menghargai dan saling menghormati.

Agama dan sains potensial menjadi sinergi luar biasa sakti mandraguna sebagai energi untuk menggerakkan mekanisme perkembangan peradaban umat manusia menuju masa depan yang lebih baik ketimbang masa kini.

Tanpa sains, mustahil agama mampu menyelamatkan nyawa saya dari berbagai infeksi akibat pertumbuhan gigi bungsu, radang usus buntu dan gangguan fungsi empedu saya yang sudah dibuang oleh dokter bedah.

Sains yang diejawantahkan tanpa kendali akhlak yang ditawarkan oleh agama, alih-alih bermanfaat malah rawan merusak peradaban manusia seperti yang telah terbukti dilakukan secara mengerikan oleh Adolf Hitler.

Alangkah indahnya apabila agama dan sains dipersembahkan secara harmonis terpadu bagi kemanusiaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com