Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Kateter Urine: Pengertian, Jenis, dan Efek Samping

Kompas.com - 03/06/2022, 20:03 WIB
Diva Lufiana Putri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kateter urine mendadak viral usai mahasiswi Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta membagikan pengalamannya memasang kateter untuk pasien pria di media sosial TikTok.

Kateter urine adalah alat yang biasa digunakan untuk membantu seseorang dengan keluhan sulit buang air kecil.

Lantaran kesulitan buang air kecil, alat ini membantu mengosongkan kandung kemih agar tidak terjadi gagal ginjal.

Baca juga: Urine Beraroma Kopi, Berbahayakah?

Berikut sejumlah hal yang perlu diketahui tentang kateter urine:

Apa itu kateter urin?

Dilansir dari laman RSUD Mangusada, kateter urine adalah tindakan memasukkan selang ke dalam kandung kemih melalui uretra atau saluran tempat mengalirnya urine.

Selang yang digunakan pun tidak sembarangan. Melainkan, selang kecil tipis yang terbuat dari karet atau plastik berbahan lentur dan fleksibel.

Pemasangan kateter bertujuan agar pasien dapat kencing dan membuang urine dengan normal. 

Pasalnya, air kencing atau urine yang menumpuk di kandung kemih dapat menyebabkan kerusakan ginjal hingga gagalnya fungsi ginjal.

Baca juga: Kapan Waktu Terbaik untuk Tidur dan Bangun?

Lantas, siapa saja yang membutuhkan kateter urine?

Orang yang perlu kateter urine

Menurut MedlinePlus, kateter urine sangat dibutuhkan oleh orang-orang dengan kondisi berikut:

  • Mengalami retensi urine, yakni kondisi saat kandung kemih tidak dapat kosong sepenuhnya.
  • Tidak dapat mengontrol keluarnya air kencing atau inkontinensia urine.
  • Frekuensi buang air kecil yang perlu dimonitor, seperti pada pasien penyakit ginjal.
  • Menjalani operasi di bagian prostat atau alat kelamin.
  • Kondisi medis lain yang memerlukan pemasangan kateter, seperti cedera saraf tulang belakang, multiple sclerosis, dan demensia.

Biasanya, pemasangan kateter urine hanya bersifat sementara sampai pasien dapat kembali buang air kecil dengan normal.

Namun, pasien yang parah atau lanjut usia (lansia) kemungkinan memerlukan kateter dalam jangka waktu panjang atau bahkan permanen.

Baca juga: Mengenal Nocturia, Gangguan Sering Pipis di Tengah Malam

Jenis kateter urine

Masih dari sumber yang sama, terdapat tiga jenis kateter urine, yakni:

1. Kateter urine menetap

Kateter menetap atau indwelling catheter adalah kateter yang dimasukkan ke dalam kandung kemih.

Jenis kateter ini dapat digunakan dalam waktu singkat ataupun lama. Namun, penggunaan kateter disarankan kurang dari 30 hari.

Kateter urine menetap dipasang ke kandung kemih melalui uretra yang berada di bawah perut. Terdapat sebuah balon kecil di ujung kateter yang akan mengembang di dalam saluran kemih.

Balon ini memiliki fungsi sebagai penjaga posisi selang atau kateter agar tidak bergeser dan keluar dari tubuh. Saat pelepasan kateter, balon ini akan mengempis.

Baca juga: Mengenal Tumor Kelenjar Tiroid, Gejala dan Penyebabnya...

2. Kateter urine kondom

Kateter urine kondom dikenal juga dengan sebutan kateter eksternal.

Kateter jenis ini biasanya digunakan pria dengan keluhan inkontinensia urine.

Seperti namanya, kateter eksternal dipasang di luar tubuh dan berbentuk seperti kondom yang menutupi kepala penis pasien.

Kateter ini memiliki tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urin. Adapun, penggunaan kateter eksternal harus diganti setiap hari.

Baca juga: Cara Membuat BPJS Kesehatan secara Offline dan Online

3. Kateter urine intermiten

Kateter urine intermiten merupakan kateter jangka pendek yang biasanya dipakai pasien yang belum mampu buang air kecil karena operasi.

Saat kandung kemih dan saluran kemih kembali normal, maka kateter intermiten akan dilepas.

Kateter ini dapat dipasang sendiri atau dengan bantuan perawat. Cara memasang selang ini adalah melalui sayatan kecil pada uretra.

Baca juga: 3 Cara Pindah Faskes BPJS Kesehatan

Efek samping kateter urine

Dilansir dari Healthline, pemasangan kateter urine dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih (ISK), seperti infeksi di uretra, kandung kemih, atau ginjal.

Selain ISK, pasien dengan kateter urine juga dapat mengalami efek samping lain seperti:

  • Kejang dan nyeri kandung kemih, kemungkinan terasa seperti kram perut.
  • Penyumbatan kateter oleh darah atau kotoran lain.
  • Kebocoran kateter, yang mungkin terjadi karena adanya penyumbatan.

Guna menghindari efek samping di atas, pasien perlu memperhatikan kebersihan kateter urine.

Selain itu, perbanyak juga konsumsi air putih agar urine tetap jernih dan tidak berwarna kuning pekat.

Baca juga: Cara Menonaktifkan BPJS Kesehatan bagi Peserta yang Meninggal Dunia

KOMPAS.com/Dhawam Pambudi Infografik: Warna Urine dan Artinya dalam Kesehatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com