Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Keampuhan Imperialisme Utang

Kompas.com - 27/05/2022, 05:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BANGSA Indonesia merupakan bangsa yang pernah secara langsung lahir batin mengalami derita dijajah sebelum merdeka sejak 17 Agustus 1945.

Bahkan kerajaan Belanda semula tidak rela melepaskan Hindia-Belanda dari belenggu
kolonalisme mereka.

Setelah Perang Dunia II berakhir, pada hakikatnya era kolonialisme sudah berakhir pula. Pada masa pasca-Perang Dunia II, kolonialisme didukung oleh militer dan/atau agama dianggap sudah anakronis alias sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman.

Semangat memperluas wilayah kekuasaan perlu kedok baru. Kedok semangat memperluas wilayah kekuasaan diganti dengan imperialisme ekonomi seperti yang sukses dilakukan oleh dua negara yang justru kalah pada Perang Dunia II, yaitu Jerman dan Jepang.

Jerman menguasai Eropa dengan produk otomotif bermutu tinggi. Sementara Jepang menguasai Asia juga dengan produk otomotif serta alat-alat elektronik kebutuhan sehari-hari yang disusul oleh Taiwan, Korea Selatan dan China.

Singapura berperan sebagai tengkulak yang menghubungkan produsen dengan konsumen.

Sementara Amerika Serikat sebagai pemenang Perang Dunia II memperlebar ruang gerak kekuasaan melalui jalur politik dengan memasarkan demokrasi dan budaya pop melalui industri perfilman dan musik popular dipelopori oleh Elvis Presley disusul The Beatles dari Inggris.

Bahasa Inggris juga dimanfaatkan oleh USA dan Inggris didukung para anggota Negara Commonwealth untuk secara bergerilya menguasai planet bumi melalui jalur imperalisme bahasa.

Yang gigih melawan imperialisme bahasa Inggris adalah Perancis yang sudah berhasil meruntuhkan monopoli bahasa Inggris sebagai bahasa resmi PBB.

Pemenang Perang Dunia II lainnya, yaitu Rusia akibat mengalami musibah bubarnya Uni Sowyet terpaksa masih bertumpu pada imperialisme militer seperti yang secara primordial dilakukan Putin terhadap Ukraina.

Menarik adalah Republik Rakyat China setelah berhasil mengawinkan komunisme dengan kapitalisme yang dirintis Deng Xiaoping sambil belajar dari kegagalan imperialisme militer maka asyik merentangkan sayap kekekuasaan ke Asia dan Afrika dengan menatalaksanakan imperialisme utang.

Jurus baru imperialisme RRChina telah terbukti tidak kalah efisien dan efektif untuk memperluas Lebensraum ketimbang imperialisme militer yang dilakukan oleh Jerman dan Jepang sehingga malah meledakkan Perang Dunia II.

Kelebihan sisi positif imperialisme utang terhadap imperialisme militer adalah tidak menumpahkan setetes darah pun meski cukup deras memeras air mata pihak yang tidak mampu melunaskan utang.

Bagi yang tidak percaya pada keampuhan imperialisme utang silakan berkunjung ke Myanmar, Bangladesh, Pakistan, Afghanistan, Srilanka dan negara-negara Afrika untuk melihat dengan mata kepala masing-masing kenyataan yang terjadi di sana.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com