Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ristiana D. Putri
KOMPAS.com - Setiap orang berhak untuk mempunyai mimpi dan menggapainya. Akan tetapi, terkadang ada saja hambatan yang bisa menghalanginya. Terlebih, bagi perempuan yang terkadang masih memiliki stigma di masyarakat.
Meskipun terdapat sebesar 36,20 persen jumlah pekerja formal dengan jenis kelamin perempuan pada 2021, namun data tersebut nyatanya tak mencakup mereka yang berada di wilayah-wilayah terpencil.
Sering kali, perempuan di sana kesulitan untuk menggapai mimpi karena keterbatasan norma atau adat yang masih mengerdilkan mereka.
Jika dilihat lebih luas lagi, Global Dreams Index Survey memperlihatkan bahwa ada lebih dari setengah perempuan dari populasi dunia yang menyerah pada mimpinya. Hal ini membuktikan kalau meraih mimpi itu membuat kita harus mengorbankan banyak hal di sekitar.
Meskipun begitu, dalam siniar Semua Bisa Cantik bertajuk “Putri Tanjung, Berhenti Membatasi Mimpi”, Putri Tanjung, pengusaha dan staf khusus presiden, mengatakan bahwa, “Kamu cantik because of how strong you are. Dan kamu cantik ketika kamu mengejar mimpimu.”
Menurutnya, kepercayaan diri bisa membuat para perempuan tidak menyerah dalam keadaan sesulit apa pun. Ketika sudah mengenali diri, kita akan tahu tujuan hidup dan bagaimana cara meraihnya.
Oleh karena itu, biasanya ada dua faktor utama yang menyebabkan perempuan sulit untuk menggapai mimpinya.
Tak bisa dimungkiri bahwa dukungan merupakan salah satu faktor penting untuk kesuksesan seseorang. Wujudnya pun bisa bermacam-macam, seperti dukungan moral, ekonomi, atau afirmasi.
Baca juga: Kisah Reisha Hadapi Beauty Shaming hingga Mampu Bangkit
Banyak perempuan yang dihentikan mimpinya karena kata-kata yang menusuk dari orang sekitar. Daripada memberi dukungan, mereka justru menyuruh para perempuan untuk tetap realistis dan menerima keadaan yang ada. Padahal, itu bisa diubah dengan niat dan usaha.
Selain itu, dukungan finansial sangat menentukan bagaimana perempuan bisa berproses. Meskipun terdengar klise, tapi ini adalah hal yang paling realistis. Semua usaha juga harus didampingi dengan pendanaan yang cukup.
Kurangnya dukungan dari lingkungan sekitar bisa melemahkan mental perempuan. Mereka bahkan bisa menyerah sebelum mencoba.
Namun, ada beberapa kasus ketika perempuan berhasil mendapatkan dukungan saat mereka mencoba untuk mencari di luar lingkungannya. Akan tetapi, kasus ini justru semakin memperlihatkan bahwa perempuan masih sulit mendapat dukungan dengan mudah.
Untuk mengubahnya, diperlukan pemahaman secara mendalam dari lingkungan sekitar bahwa setiap orang itu mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih mimpi.
Berikan juga ruang bagi perempuan untuk mengembangkan hal-hal yang ia sukai. Misalnya, jangan membatasi mereka ketika ingin berkuliah. Alih-alih melarang, lakukanlah diskusi untuk mencari solusi.