Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Big Data, E-Health, Pandemi, dan Presidensi G20 di Bali

Kompas.com - 13/05/2022, 12:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada 1 Desember 2021 di Jakarta, Presiden RI Joko Widodo membuka Presidensi G20 dengan agenda: (1) arsitektur kesehatan global yang inklusif dan tanggap krisis; (2) transformasi sosial-ekonomi berbasis digital; dan (3) transisi menuju sistem energi bersih berkelanjutan.

Maka kini tiba saatnya, Presidensi G20 Bali tahun 2020 dapat menelurkan program Pusat Big Data dan E-Health PPR G20 guna mencegah pandemi, wabah menular, atau epidemi di masa-masa datang.

Kita lihat, tahun 1980-2013, lebih dari 12.000 wabah menular telah melanda umat
manusia pada 219 negara (Smith et al., 2014), antara lain Zika, Ebola, Cholera, MERS, dan H1N1 yang berdampak dan/atau berisiko pandemik global (World Bank, 2008). Epidemik telah menelan kerugian miliar dollar AS.

Epidemik SARS memicu risiko anjlok PDB Tiongkok sekitar 0,5 persen (World Bank, 2008),
dan PDB global anjlok 40 miliar dollar AS (Lee J-W, et al., 2004). Wabah Ebola memicu kerugian sekitar 53 miliar dollar AS di Afrika Barat, akibat korban jiwa dan dampak ekonomi (Fan VY, et al., 2015; Huber, et al., 2018); begitu pula, wabah H1N1 memicu kerugian global sekitar 45-55 miliar dollar AS (Olga Jonas, 2018).

Namun, perlindungan privasi, hak-hak warga-negara, keamanan dan surveilens menjadi isu penting dalam tata-kelola Big Data dan E-Health setiap Negara. Karena koleksi data melalui Big Data berisiko menerabas privasi dan hak-hak warga-negara (McQuillan, 2015). Misalnya, data-base skala besar warga-negara berisiko dicuri dan amalgamasi data warga-negara secara online juga berisiko terhadap keamanan masyarakat.

Apalagi data-data pribadi mudah dikenal dari data visual, audio, hingga gambar sebagai data biometrik warga negara (Gates, 2011). Bagaimana data ini dapat diakses dan disalahgunakan kini menjadi isu penting Big Data (R. T. Ford, 2000).

Karena sistem surveilens berbasis teknologi algoritma Big Data dapat mengenali dan mengelompokan masyarakat yang berisiko terhadap privasi, keamanan masyarakat, dan negara.

Di sisi lain, program Big Data PPR dapat menjadi bagian dari pembangunan kota-kota cerdas (smart cities) yang dilengkapi dengan teknologi sensor lingkungan dari Big Data (Howard, 2015; O’Reilly, 2013). Kehidupan dan lingkungan perkotaan dapat tetap terpantau melalui teknologi Big Data.

Teknologi mobile dan media sosial menghasilkan banyak data berbasis lokasi di suatu negara. Sebagian besar data ini dapat dihasilkan dan dianalisis real-time; data spasial dan waktu masyarakat kota dan lingkungannya menyediakan surveilens. IoT berisi sistem kontrol iklim, cepis-cepis fisik, dan otomobile yang dapat tersambung ke jaringan Internet yang menghasilkan banyak data (Bessis & Dobre, 2014; Greengard, 2015).

Karena itu, Presidensi G20 Bali dapat menelurkan Big Data dan E-Health PPR dengan sistem quintuple helix nexus yang melibatkan unsur-unsur inti dari suatu negara yakni rakyat (kedaulatan rakyat) dan alam (tanah, air, pohon atau hutan, dan gas). Model pembiayaannya bukan hanya pemerintah dan swasta, tetapi juga melibatkan partisipasi publik lebih luas.

Big Data dan E-Health PPR lebih memudahkan deteksi, koordinasi, dan operasi emergensi siap-siaga dan tanggap pandemik, dan lebih hemat biaya (costeffective) pada level nasional, kawasan, dan internasional.

Big Data dan E-Health PPR G20 perlu menerapkan prinsip atau nilai keadilan sosial, melindungi hak kemerdekaan tiap bangsa (kedaulatan), perikemanusiaan, dan perdamaian sesuai piagam PBB atau konstitusi WHO (1946) guna melahirkan suatu ketertiban dunia berupa sehat-lestari manusia (human-well being) dan sehat-lestari lingkungan (ecosystem well-being) pada tiap negara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Usai Gelar Pesta Pranikah Mewah Anaknya, Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia

Usai Gelar Pesta Pranikah Mewah Anaknya, Mukesh Ambani Tak Lagi Jadi Orang Terkaya Asia

Tren
Jalan Kaki 30 Menit Membakar Berapa Kalori?

Jalan Kaki 30 Menit Membakar Berapa Kalori?

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 3-4 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 3-4 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 2-3 Juni | Orang dengan Gangguan Kesehatan Tertentu yang Tak Dianjurkan Minum Air Kelapa

[POPULER TREN] Prakiraan Cuaca BMKG 2-3 Juni | Orang dengan Gangguan Kesehatan Tertentu yang Tak Dianjurkan Minum Air Kelapa

Tren
Amankah Tidur dengan Posisi Kepala, Badan, dan Kaki Tidak Sejajar?

Amankah Tidur dengan Posisi Kepala, Badan, dan Kaki Tidak Sejajar?

Tren
Parade 6 Planet 3 Juni 2024, Bisa Dilihat Jam Berapa?

Parade 6 Planet 3 Juni 2024, Bisa Dilihat Jam Berapa?

Tren
Kemenag Siapkan 300 Kuota Jemaah Haji untuk Ikuti Safari Wukuf

Kemenag Siapkan 300 Kuota Jemaah Haji untuk Ikuti Safari Wukuf

Tren
Produk yang Tidak Harus Menyertakan Sertifikasi Halal, Apa Saja?

Produk yang Tidak Harus Menyertakan Sertifikasi Halal, Apa Saja?

Tren
Kisah Penerjunan Kucing dengan Parasut, Berjasa Basmi Tikus di Kalimantan

Kisah Penerjunan Kucing dengan Parasut, Berjasa Basmi Tikus di Kalimantan

Tren
Sepanjang Mei, Ada 4 Aturan Baru Pemerintah yang Tuai Kegaduhan Publik

Sepanjang Mei, Ada 4 Aturan Baru Pemerintah yang Tuai Kegaduhan Publik

Tren
Cincin Emas Berusia 2.300 Tahun Ditemukan di Tempat Parkir Yerusalem

Cincin Emas Berusia 2.300 Tahun Ditemukan di Tempat Parkir Yerusalem

Tren
Daftar Ormas Keagamaan yang Kini Bisa Kelola Lahan Tambang Indonesia

Daftar Ormas Keagamaan yang Kini Bisa Kelola Lahan Tambang Indonesia

Tren
Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Buku Karya Arthur Conan Doyle di Perpustakaan Finlandia Baru Dikembalikan setelah 84 Tahun Dipinjam, Kok Bisa?

Tren
8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

8 Fenomena Astronomi Sepanjang Juni 2024, Ada Parade Planet dan Strawberry Moon

Tren
4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

4 Provinsi Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Juni 2024, Catat Jadwalnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com