Riddler adalah seorang yatim piatu yang dibesarkan dalam kemiskinan. Setelah beranjak dewasa ia bekerja sebagai akuntan dan sangat paham tentang seluk-beluk keuangan di Gotham, termasuk kekayaan Thomas Wayne, ayah dari Bruce.
Dana yang diperuntukkan untuk rakyat miskin ternyata disalahgunakan oleh elit Gotham untuk memperkaya diri sendiri sehingga rakyat kecil menjadi sangat menderita.
Oleh karena itu, kekacauan dan aksi protes yang terjadi di level akar rumput dan pembunuhan para elit yang dilakukan Riddler secara tidak langsung menjadi reaksi atas ketimpangan tersebut.
Tidak hanya itu, di akhir cerita Riddler juga mengkritik Bruce Wayne yang dianggapnya tidak mewakili rakyat kecil terutama anak yatim-piatu.
Meskipun Wayne yatim-piatu, tetapi ia bergemilangan kemewahan dari kekayaan ayahnya.
Sementara itu, anak-anak yatim piatu pada umumnya bukan hanya tidak memiliki orangtua tetapi juga hidup dalam kemiskinan dan harus berbagi kamar dengan 30 anak lainnya.
Selain menjadi kritik tajam untuk Bruce Wayne, pernyataan Riddler ini sekaligus mempertontokan betapa kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin begitu kentara di Gotham.
Ketimpangan sosial dalam film ini dapat dijelaskan melalui pandangan Karl Marx tentang kelas sosial. Menurut Marx (dalam Wirawan, 2013) keterasingan dalam masyarakat pascafeodal yang terbagi ke dalam kelas proletar-borjuis disebabkan oleh ekonomi.
Ketimpangan yang terlalu tinggi akan terus berlanjut karena mereka berlindung di bawah kekuasaan dan balutan ideologi seperti hukum yang sebenarnya dimanipulasi untuk kepentingan kelas atas saja, sehingga satu-satunya cara untuk mengakhiri ini semua adalah dengan cara revolusi.
Tindakan revolusioner tersebut diperlihatkan oleh Riddler yang membunuh elit penguasa yang korup dan mencoba menenggelamkan Kota Gotham karena ia pesimis terhadap perubahan dan masa depan Gotham selama penguasa hipokrit dan korup masih berkeliaran.
Michel Focault menjelaskan bahwa di setiap kekuasaan (power) selalu ada resistensi karena kekuasaan tidak bisa menampung semua aspirasi.
Oleh karena itu, aksi protes keras masyarakat dan serangkaian pembunuhan terhadap elit yang korup serta percobaan revolusi bisa dimaknai sebagai respons terhadap kekuasaan tersebut.
Kesimpulannya, jika negara dan para penguasa bertindak korup, hiprokit dan kesenjangan sosial terus meningkat, boleh jadi negara tersebut siap menjelma menjadi Kota Gotham.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.