Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Letusan Gunung Tambora 10 April 1815: Lahirkan Sepeda!

Kompas.com - 10/04/2022, 08:00 WIB
Rizal Setyo Nugroho

Penulis

KOMPAS.com - Gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) meletus hebat pada 10 April 1815 atau 206 tahun lalu. Ledakan itu melontarkan sekitar 140 miliar ton magma.

Tak hanya membunuh lebih dari 71.000 orang di Pulau Sumbawa, tapi abu yang dilepaskannya menciptakan anomali iklim global.

Melansir Live Science, 12 Maret 2011, pada 1815, letusan Gunung Tambora di Pulau Sumbawa disebut sebagai letusan gunung berapi terbesar dalam sejarah.

Sebagian ahli menyebut angka 91.000 jiwa. Sebanyak 10.000 orang tewas secara langsung akibat letusan dan sisanya karena bencana kelaparan dan penyakit yang mendera.

Baca juga: Letusan Gunung di Indonesia Ini Ilhami Penemuan Sepeda 200 Tahun Lalu

Dampak letusan Tambora di Eropa dan Amerika

Korban letusan Gunung Tambora ditemukan peneliti Balai Arkeologi Bali saat melakukan eskavasi. Tubuh kedua korban sudah menjadi arang karena tingginya suhu awan panas yang menerjang mereka.Tangkapan Layar Youtube Balar Bali/Webinar Jejak-Jejak Peradaban Tambora Korban letusan Gunung Tambora ditemukan peneliti Balai Arkeologi Bali saat melakukan eskavasi. Tubuh kedua korban sudah menjadi arang karena tingginya suhu awan panas yang menerjang mereka.

Dampak Jumlah ini belum termasuk kematian yang terjadi di negara-negara lain, termasuk Eropa dan Amerika Serikat.

Mereka didera bencana kelaparan akibat abu vulkanis Tambora yang menyebabkan tahun tanpa musim panas di dua benua itu.

Jika kehancuran di sekitar Tambora disebabkan terpaan awan panas, kematian massal berskala global justru disebabkan pendinginan Bumi pasca-letusan.

Setahun kemudian, 1816, tidak terjadi musim panas. Salju turun di bulan Juni di Albany, New York.

Total penurunan suhu bumi saat itu mencapai 0,4 sampai 0,7 derajat celsius. Dampaknya adalah kegagalan panen global.

Sungai es terlihat pada bulan Juli di Pennsylvania. Ratusan ribu orang mati kelaparan di seluruh dunia.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Gunung Tambora, Tewaskan 71.000 Jiwa dan Eropa Tanpa Musim Panas

 

Gagal panen karena Tambora

Lanskap kaldera Gunung Tambora, Dompu, Nusa Tenggara Barat, Senin (23/3/2015). Gunung Tambora meletus dahsyat pada 10 April 1815 menyisakan kaldera seluas 7 kilometer dengan kedalaman 1 kilometer.KOMPAS.com / KRISTIANTO PURNOMO Lanskap kaldera Gunung Tambora, Dompu, Nusa Tenggara Barat, Senin (23/3/2015). Gunung Tambora meletus dahsyat pada 10 April 1815 menyisakan kaldera seluas 7 kilometer dengan kedalaman 1 kilometer.

Mungkin belum banyak yang tahu, letusan Gunung Tambora di Indonesia mengilhami penemuan sepeda di Eropa.

Meski terletak di Indonesia bagian tengah, namun dampak dari letusan itu memengaruhi dan berdampak ke kehidupan di seluruh dunia.

Abu yang disemburkan letusan Tambora mempengaruhi suhu rata-rata dunia turun hingga 3 derajat celcius.

Letusan ini juga membuat sejumlah negara di belahan bumi utara tak memiliki musim panas selama satu tahun.

Tanaman gagal dipanen dan banyak binatang ternak mati karena kelaparan, salah satunya adalah kuda yang ketika itu banyak dimanfaatkan manusia untuk sarana transportasi berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Hebat Gunung Tambora yang Mengubah Dunia

Letusan Tambora menginspirasi pembuatan sepeda

Sejarah perkembangan sepeda yang awal pembuatannya dipengaruhi peristiwa letusan Gunung Tambora 1815- Sejarah perkembangan sepeda yang awal pembuatannya dipengaruhi peristiwa letusan Gunung Tambora 1815

Dikutip dari Live Science (30/8/2017), pada tahun 1817 seorang berkebangsaan Jerman bernama Karl von Drais membuat kendaraan dengan dua roda.

Temuan itu belum disebut sebagai sepeda kala itu.

Ketika itu karya Drais ini dikenal di seluruh kawasan Eropa dengan nama yang berbeda-beda.

Alat itu disebut mulai dari draisienne, dandy horse, dan hobby horse.

Awal mula diciptakan, sepeda buatan Drais belum menggunakan mesin bekecepatan aerodinamis seperti sepeda yang saat ini ada.

Baca juga: Fakta Unik Letusan Tambora Ternyata Turut Lahirkan Sepeda

Ilustrasi sepeda kuno dari Eropa yang terbuat dari kayu dan dikenal sebagai Draisienne. Cikal bakal sepeda masa kini, yang ditemukan karena akibat letusan Gunung Tambora tahun 1815.WIKIMEDIA COMMONS/Hélène Rival Ilustrasi sepeda kuno dari Eropa yang terbuat dari kayu dan dikenal sebagai Draisienne. Cikal bakal sepeda masa kini, yang ditemukan karena akibat letusan Gunung Tambora tahun 1815.

Sepeda Drais dulu memiliki berat hingga 23 kilogram, roda pun dibuat dari kayu, bukan ban berbahan dasar karet.

Bagian tempat duduk terbuat dari kulit yang dipaku ke kerangka sepeda. Sementara bagian stang terbuat dari bahan yang sama dengan roda, yakni dari bahan kayu.

Ketika itu, setang kayu belumlah sempurna. Belum ada sistem gigi sebagaimana banyak sepeda masa kini.

Pengguna menggerakkan sepeda itu dengan mengarahkan kakinya ke depan.

Baca juga: Benarkah Penemuan Sepeda Dipicu Meletusnya Gunung Tambora?

Populer dan dilarang

A ladies' safety bicycle from 1889. (Image credit: Public domain.)livescience A ladies' safety bicycle from 1889. (Image credit: Public domain.)

Drais membawa sepeda temuannya ke Perancis dan Inggris sehingga menjadi begitu populer.

Salah seorang warga Inggris, Denis Johnson pun membuat dengan versinya sendiri dan menjualnya kepada para bangsawan London.

Sepeda kala itu menuai kesuksesan selama beberapa tahun hingga akhirnya dilarang karena dinilai membahayakan para pejalan kaki sekitar tahun 1820-an.

Setelah sempat menghilang, sepeda kembali muncul di tahun 1860-an.

Kali ini, roda sudah terbuat dari baja sementara kerangka masih berbahan dasar kayu.

 

Ilustrasi velocipede (sepeda kuno) Amerika (The American Velocipede).WIKIMEDIA COMMONS/Theodore R. Davis Ilustrasi velocipede (sepeda kuno) Amerika (The American Velocipede).

Saat itu, sepeda dikenal dengan sebutan si kaki cepat, di era ini terciptalah pedal yang mengubah cara kerja sepeda, dari yang sebelumnya digerakkan menggunakan kekuatan yang digerakkan ke depan.

Seorang asal Jerman bernama Karl Kech mengklaim bahwa dia lah orang pertama yang menyertakan pedal ke sepeda pada tahun 1862.

Namun paten pertama untuk pedal ini diberikan bukan kepada Kech melainkan Pierre Lallement, pembuat kereta Perancis pada tahun 1866.

(Sumber: Kompas.com/Luthfia Ayu Azanella, Ahmad Naufal Dzulfaroh | Editor : Sari Hardiyanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com