Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Disebut Naikkan Harga Pertamax Diam-diam, Ini Tanggapan Pertamina

Kompas.com - 01/04/2022, 16:51 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pertamina baru saja melakukan penyesuaian harga jual Pertamax per 1 April 2022 pukul 00.00 waktu setempat.

Harga jual bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi Pertamax yang semula dilepas ke masyarakat dengan harga sekitar Rp 9.000/liter, kini naik menjadi Rp 12.500-13.000/liter.

Pengumuman kenaikan harga Pertamax itu disampaikan secara resmi melalui laman resmi Pertamina beberapa jam sebelum diterapkan, yakni Kamis (31/3/2022) malam pukul 21.44 WIB.

Baca juga: Ramai soal Harga Pertamax Rp 16.000 Per Liter Mulai 1 April 2022, Ini Kata Pertamina

Terkait waktu pengumuman yang dilakukan berdekatan dengan waktu pemberlakuan, ada pihak yang menganggap Pertamina menaikkan harga Pertamax ini secara diam-diam.

"Hahahaha... Ada lagi yg belum kena prank? Diam2 Pertamax baik jadi 16rb sodara...!" tulis salah satu akun di Twitter.

Pendapat  lain disampaikan oleh akun lainnya, masih dari Twitter.

Baca juga: Harga Pertamax Diperkirakan Naik, Ini Perbandingan Harga BBM di Indonesia dengan Thailand, Singapura, dan Malaysia

Baca juga: Daftar Harga BBM Nonsubsidi Mulai 12 Februari dan Alasan di Balik Kenaikannya...

Tanggapan Pertamina

Terkait hal itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman membantah pihaknya menaikkan harga pertamax secara tiba-tiba dan diam-diam.

"Enggak (diam-diam dan tiba-tiba) juga ya. Rencana itu kan sudah mulai disampaikan sejak lama. Dan sebelum kenaikan Pertamax ini pun sudah ada kenaikan BBM nonsubsidi lainnya seperti Pertamax Turbo, Dexlite, Pertamina Dex," ujar Fajriyah saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/4/2022).

"Tidak ada menaikkan diam-diam. Sampai ke DPR melalui Rapat Dengar Pendapat terbuka juga sudah disampaikan rencana tersebut," imbuhnya.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Bikin Harga Minyak Naik, Ini Dampaknya bagi Harga BBM di Indonesia

Ia juga mengatakan Pertamina telah menyampaikan bahwa BBM nonsubsidi akan dilakukan penyesuaian harga dengan melihat kondisi pasar.

"Apalagi operator lain juga sudah sejak lama menyesuaikan, dan sudah berkali-kali," kata dia..

Pertamina sebagai perusahaan pelat merah, imbuhnya tidak bisa sembarangan menaikkan harga BBM, sekali pun itu BBM nonsubsidi.

"Karena Pertamina harus berkoordinasi dengan pemerintah/stakeholder," sebutnya.

Baca juga: Viral, Video Mobil Isi BBM Pakai Tangki Siluman Diprotes Sopir Truk, Ini Kata Polisi dan Pertamina

Antisipasi lonjakan di SPBU

Sementara dari sisi teknis, Fajriyah mengakui pengumuman penyesuaian harga pertamax yang dilakukan dalam waktu terkesan mendadak ini sebenarnya juga ditujukan agar tidak terjadi lonjakan di SPBU.

Ini berlaku baik untuk konteks kenaikan maupun penurunan harga.

"Dari sisi teknis, memang juga agar tidak terjadi lonjakan antrean di SPBU maupun penimbunan oleh pihak-pihak yang mau mengambil keuntungan," pungkas Fajriyah.

Baca juga: Viral, Video Petugas SPBU di Banjarnegara Disebut Nyolong Solar, Ini Kata Pertamina

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda SPBU Pertamina Warna Merah, Biru, dan Hijau

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Pakai Jasa Pendorong Ilegal, 5 Anggota Jemaah Haji Indonesia Berurusan dengan Polisi Arab Saudi

Tren
Cerita Warga yang Alami 'Blackout' di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Cerita Warga yang Alami "Blackout" di Sumatera: Tak Bisa Masak Nasi, Borong Genset agar Es Krim Tak Mencair

Tren
Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Terobosan Baru, Alat Kontrasepsi Gel KB untuk Pria, Seberapa Efektif?

Tren
China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

China Angkut Bebatuan dari Sisi Terjauh Bulan, Apa Tujuannya?

Tren
Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Pelanggan PLN yang Terdampak Pemadaman Listrik Total Berhak Dapat Kompensasi, Berapa Besarannya?

Tren
Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Perbedaan Seragam Astronot Putih dan Oranye, Berikut Masing-masing Fungsinya

Tren
5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

5 Negara dengan Cuti Melahirkan Paling Lama, Ada yang sampai 14 Bulan

Tren
WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

WHO: Warga Gaza Mulai Makan Pakan Ternak dan Minum Air Limbah

Tren
Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Ini Syarat Pekerja Dapat Cuti Melahirkan 6 Bulan Sesuai dengan UU KIA

Tren
Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Aturan UU KIA: Cuti Melahirkan Sampai 6 Bulan Berlaku Kapan, untuk Siapa, dan Gajinya

Tren
Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Studi 25 Tahun Ungkap Pola Makan Mencegah Kematian Dini pada Wanita

Tren
Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Pengamat Khawatirkan Cuti Melahirkan 6 Bulan Bisa Picu Diskriminasi Wanita di Ruang Kerja

Tren
Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Mengenal Vitamin P atau Flavonoid dan Manfaatnya bagi Kesehatan, Apa Saja?

Tren
Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Cerita Mahasiswa Indonesia Penerjemah Khotbah Jumat di Masjid Nabawi

Tren
Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Kenapa Kita Sering Merasa Diawasi? Ini 4 Alasan Psikologisnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com