Untuk kesedihan yang muncul dari kekecewaan dan menjadi kemarahan, tiga kali Presiden menggungkapkan kejengkelan dengan pesan utama yang kita sepakati: mari kita sudahi, jangan diperpanjang.
Tepuk tangan tidak diperlukan. Kesedihan dan kekecewaan yang memunculkan kemarahan untuk topik ini tidak layak dirayakan.
Untuk tepuk tangan, saya tidak habis pikir kenapa muncul sebagai reaksi para pejabat padahal sedang dimarahi. Apa yang hendak ditepuktangani? Apa yang hendak dirayakan?
Di pemerintahan era sebelumnya, untuk arahan yang persis sama, yaitu mencintai produk-produk Indonesia, reaksi Ibu Menteri lebih tepat menurut saya.
Saat itu, bukan tepuk tangan yang diberikan meskipun tidak ada larangan.
Saat arahan mencintai produk-produk Indonesia disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di depan seluruh pejabat dan para menteri, syal di leher Ibu Menteri diturunkan untuk menutup tas bertuliskan LV di kursi.
Saat ini, setelah lebih dari dua periode, ujaran yang sama persis dikemukakan.
Tidak ada perubahan perilaku meskipun berkali-kali hal yang sama sudah diberi arahan bahkan dengan kemarahan.
Untuk hal ini, sepakat dengan Presiden Jokowi. Jangan diteruskan. Sudah cukupkan. Mari disudahi!
Lelah rakyat melihat tidak satunya kata dan perbuatan para pejabat.
Lagunya begini, nadanya begitu. Maknanya tak ada mirip seperti pejabat!
Begitu kata Jason Ranti.
Salam woyo,
Wisnu Nugroho
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.