Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, skrining TBC sudah mulai dilakukan, khususnya di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan rumah tahanan negara (Rutan).
Dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia kemarin, Kemenkes pun mulai gencar melakukan skrining TBC terhadap masyarakat.
Bersama dengan Yayasan Penabulu dan Stop TB Partnership Indonesia (STPI), Kemenkes melakukan skrining terutama di daerah kumuh dan daerah dengan angka TBC tinggi.
“Hari TBC Sedunia kita mulai pada masyarakat terutama daerah kumuh dengan bekerja sama dengan STP Indonesia dan Penabulu, menyasar masyarakat di kab/kota dengan angka TBC tinggi,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com (29/3/2022).
Skrining TBC, menurut Nadia bisa juga dilakukan melalui fasilitas kesehatan yang disediakan pemerintah, seperti puskesmas.
Masyarakat bisa segera mendatangi puskesmas untuk melakukan skrining TBC tanpa harus khawatir akan dipungut biaya alias gratis.
“Enggak (dipungut biaya),” tambah Nadia.
Baca juga: 4 Cara Mencegah TBC, Perlu Jaga Kebersihan dan Vaksin
Merujuk data Kemenkes, sebanyak 91 persen kasus TBC di Indonesia adalah TBC paru yang berpotensi menular ke orang-orang sekitar.
Tercatat, penemuan kasus dan pengobatan TBC yang tinggi telah dilakukan di beberapa daerah seperti Banten, Gorontalo, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat.
Adapun daerah dengan kasus TBC paling banyak, yakni di Pulau Jawa seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
“Sebenarnya TBC itu biasanya ada di daerah yang padat, daerah kumuh, dan daerah yang PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat)-nya kurang, di situ potensi penularan TBC tinggi,” terang Didik.
Baca juga: Membongkar Deretan Mitos TBC serta Faktanya biar Tidak Salah Kaprah Lagi