Pada tahun 2003, HETE, sebuah misi kecil dan murah, menetapkan bahwa ledakan yang lebih lama, yang berlangsung lebih dari dua detik, berasal dari ledakan bintang yang jauh dan masif.
Sinar gamma terbentuk ketika inti bintang meledak untuk menciptakan lubang hitam.
Misi berikutnya lebih kuat, berskala internasional dan dipimpin oleh NASA yang disebut Swift.
Misi yang diluncurkan pada 2004 itu memiliki teleskop sinar-X dan ultraviolet/optik yang telah merevolusi studi ledakan sinar gamma. Swift memberikan kecepatan dan presisi.
Swift mendeteksi ledakan dan mengarahkan instrumennya ke arah ledakan dalam hitungan detik. Swift juga menyampaikan lokasi ledakan ke ilmuwan dan teleskop robot di seluruh dunia melalui Jaringan Koordinat Burst Sinar Gamma.
Ada dua jenis semburan sinar gamma, yang dicirikan oleh durasinya.
Baca juga: Tak Seperti Avenger Hulk, Begini Dampak Paparan Gamma di Dunia Nyata
Pada 2003, para astronom yang menggunakan HETE memverifikasi bahwa ledakan yang lebih lama (berlangsung lebih dari dua detik) muncul dari keruntuhan inti bintang masif, dan menghasilkan lubang hitam.
Sebuah ledakan terang di dekatnya, GRB 030329, menyediakan "Batu Rosetta" untuk hubungan antara supernova dan ledakan sinar gamma.
Pada tahun 2005 Swift cukup cepat untuk menentukan bahwa semburan sinar gamma pendek, yang berlangsung di bawah dua detik dan seringkali hanya beberapa milidetik, berasal dari penggabungan antara dua bintang neutron atau bintang neutron dengan lubang hitam.
Dalam kedua skenario, lubang hitam baru terbentuk. Dalam satu ledakan singkat, para ilmuwan memiliki bukti lubang hitam tua merobek bintang neutron dan menelan semuanya, remah-remah dan semuanya, menciptakan lubang hitam yang lebih besar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.