Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Downfall, Kisah Tragedi Boeing 737 MAX

Kompas.com - 21/02/2022, 13:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MUNGKIN film dokumenter terpopuler belakangan ini adalah “Downfall the case against Boeing” yang sekarang tengah beredar di Netflix.

Sebuah cerita drama dari investigasi penyebab kecelakaan dua pesawat terbang mutakhir keluaran pabrik Boeing yang hanya berselang beberapa bulan saja.

Film yang disutradarai oleh Rory Elizabeth Katherine Kennedy, putri bungsu dari senator Robert F Kennedy menjadi menarik perhatian karena mengangkat kasus dugaan kesalahan pabrik Boeing pada dua kecelakaan tersebut.

Seperti diketahui, pesawat Boeing 737 MAX Lion Air JT 610 mengalami kecelakaan pada tanggal 29 Oktober 2018.

Pesawat jatuh hanya beberapa menit after take off menewaskan 189 penumpang dan kru.

Hanya beberapa bulan berselang, tanggal 10 Maret 2019, pesawat sejenis milik Ethiopian Airlines mengalami kecelakaan yang nyaris serupa, yaitu jatuh after take off.

Sebanyak 157 penumpang dan kru tewas menyebabkan total 346 nyawa melayang pada dua kecelakaan tersebut.

Pesawat generasi terbaru Boeing 737 MAX 8 saat terbang untuk pertama kalinya di Renton, Washington, Amerika Serikat, 29 Januari 2016. Pesawat ini merupakan seri terbaru dan populer dengan fitur mesin hemat bahan bakar dan desain sayap yang diperbaharui.AFP PHOTO/GETTY IMAGES/STEPHEN BRASHEAR Pesawat generasi terbaru Boeing 737 MAX 8 saat terbang untuk pertama kalinya di Renton, Washington, Amerika Serikat, 29 Januari 2016. Pesawat ini merupakan seri terbaru dan populer dengan fitur mesin hemat bahan bakar dan desain sayap yang diperbaharui.

Mengapa kecelakaan pesawat terbang selalu menarik perhatian? Karena selain jumlah korban yang cukup banyak, ada hal prinsip yang sulit untuk dapat dimengerti orang awam.

Kecelakaan pesawat terbang dapat dikatakan tidak pernah terjawab dengan jernih siapa yang salah dan sekaligus harus bertanggung jawab.

Pada kasus Lion Air dan Ethiopian Airlines yang merengut sekaligus 346 orang, walau ada dugaan kuat tentang kesalahan pabrik pesawat, hingga kini tidak ada satu orangpun yang dinyatakan sebagai tersangka.

Pertanyaan besar inilah yang sepertinya hendak disampaikan ke permukaan oleh film Downfall the case against Boeing.

Film menjadi lebih menarik lagi karena terasa mewakili rasa keadilan dalam proses penyelidikannya, terutama bagi para keluarga korban tentu saja.

Salah satu yang mengundang kemarahan banyak pihak adalah ketika pihak Boeing merespons kecelakaan Lion Air sebagai kesalahan Pilot.

Dalam konteks ini, isteri Pilot Lion Air yang berkebangsaan India menjelaskan ke media bahwa suaminya adalah seorang Pilot yang sangat berdedikasi dan berkomitmen untuk memastikan keselamatan penumpangnya.

Dia terlatih dengan baik dan dituduh (di media) berasal dari "negara dunia ketiga" dan mendapatkan pelatihan sekelas pendidikan berstandar dunia ketiga.

Pada kenyataannya, sang isteri menjelaskan bahwa dia lulusan sekolah Pilot di Amerika Serikat dan dia adalah seorang pilot yang dihormati, seorang world class Pilot.

Tentang alasan mengenai mengapa film ini dibuat, selain ada kecurigaan kesalahan fatal oleh pabrik pesawat, dijelaskan pula tentang sebuah artikel beberapa tahun lalu yang menjadi rujukan.

Artikel tersebut menguraikan bahwa selama 12 tahun terakhir, maskapai penerbangan AS telah mencapai sebuah prestasi yang menakjubkan.

Maskapai penerbangan AS telah membawa lebih dari delapan miliar penumpang tanpa satupun kecelakaan fatal.

Itu sebabnya, maka kecelakaan dua pesawat Boeing 737 MAX dalam tenggang waktu beberapa bulan, terlihat menjadi sangat mengejutkan dan tidak ada yang menyangka dapat terjadi.

Sorotan lainnya adalah tentu saja tentang nasib dari hak yang harus menjadi milik keluarga korban pascakecelakaan.

Di Indonesia, sampai sekarang belum terdengar dengan jelas tentang nasib para keluarga korban Lion Air JT 610 dalam perjuangan untuk memperoleh haknya.

Dalam hal ini tentu saja yang berkait dengan dugaan bahwa kecelakaan JT 610 berbeda dengan kasus kecelakaan pesawat terbang lainnya.

Kecelakaan Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines 302 banyak disoroti sebagai adanya andil pabrik pesawat sebagai unsur penyebabnya.

Banyak pihak yang bertanya sampai sejauh mana pihak Lion Air dan atau pihak otoritas penerbangan nasional bersikap tentang masalah ini.

Masalah yang banyak menjadi perhatian para konsumen pengguna angkutan udara di seluruh dunia, terutama di AS.

Perhatian dan reaksi yang demikian luas dan besar sampai dengan menghasilkan sebuah film dokumenter yang menembus media Netflix berjudul Downfall – the case against Boeing.

Persoalan intinya disebut sebagai “Mereka membunuh 346 orang dan tidak ada satu orangpun yang masuk penjara”.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Daftar Harga Sembako per Awal Mei 2024, Beras Terendah di Jawa Tengah

Tren
Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Menakar Peluang Timnas Indonesia Vs Guinea Lolos ke Olimpiade Paris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com