Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Doing Nothing" alias Tak Melakukan Apa-apa Tak Selalu Negatif, Ini Manfaatnya

Kompas.com - 21/02/2022, 10:00 WIB
Inten Esti Pratiwi

Penulis

KOMPAS.com - Doing nothing atau tak melakukan apa-apa karena mager atau faktor-faktor lain ternyata tak selalu negatif.

Kebanyakan orang menganggap orang lain yang hanya duduk atau bersantai tanpa melakukan apa-apa adalah tanda kemalasan yang sifatnya negatif.

Padahal menurut studi, tak melakukan apa-apa dan hanya duduk tenang bersantai adalah salah satu cara tubuh mengisi energi. Layaknya ponsel yang juga butuh diisi daya listrik, tubuh pun begitu. Hanya saja bentuk energinya yang berbeda.

Dilansir dari South China Morning Post, 1 Januari 2021, doing nothing alias bersantai tak melakukan apa-apa ini jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Belanda disebut niksen.

Baca juga: Penyintas Covid-19 Rawan Terkena Gangguan Kesehatan Mental, Begini Pencegahannya

Salah satu cara meditasi paling mudah

Doing nothing atau niksen di sini adalah mengambil jeda di antara kesibukan dengan tak melakukan apapun juga.

Manfaat kesehatan dari doing nothing tertulis dalam buku Niksen: Embracing the Dutch Art of Doing Nothing yang ditulis oleh jurnalis Belanda, Olga Mecking.

Mecking sendiri mengakui ide menulis buku tersebut lahir selepas ia membaca artikel di majalah kesehatan Belanda, Gezond Nu, yang menyatakan bahwa niksen adalah cara baru meditasi.

"Akhirnya saya menemukan artikel yang menyatakan bahwa tak apa sekali-sekali tak melakukan apa-apa. Terutama di zaman yang serba memburu-buru kita, agar kita berbuat lebih dan lebih. Niksen terlihat seperti sebuah antidote, dan saya langsung ingin menulis itu semua dalam sebuah buku," ujar Mecking. 

Bermalasan-malasan tak melakukan apapun bisa digunakan mengeluarkan racun-racun yang memicu kelelahan tubuh.Unsplash/Drew Coffman Bermalasan-malasan tak melakukan apapun bisa digunakan mengeluarkan racun-racun yang memicu kelelahan tubuh.
Buku yang awalnya diterbitkan dalam Bahasa Inggris ini langsung populer. Dan langsung dicetak ulang dalam 10 versi bahasa termasuk Bahasa Belanda, Perancis, dan Rusia.

Simanthini Ghosh, asisten profesor psikologi di India's Ashoka University menyatakan bahwa di pandemi ketika banyak orang bekerja dari rumah, gangguan mental seperti anxiety, kesepian dan depresi mudah datang kapan saja.

Nah niksen atau doing nothing, adalah kegiatan yang bisa digunakan untuk mendetoks semua kelelahan psikologis yang diderita masing-masing orang.

"Semua orang butuh istirahat dari melakukan banyak hal. Dalam dunia psikologi ini disebut decision avoidance, atau memilih untuk tak memilih atau memutuskan sesuatu," ujar Ghosh.

Baca juga: 8 Rutinitas Pagi untuk Meningkatkan Kesehatan Mental

Melahirkan ide-ide baru

Tak semua pakar psikologi setuju dengan manfaat kesehatan dari niksen. Christoper Anderson dari Universitas Maryland pernah menulis artikel di tahun 2003, menyebutkan bahwa decision avoidance adalah status quo yang dipilih oleh seseorang. Dan pilihan ini termasuk ke dalam gangguan perilaku.

Artikel Anderson ini ditayangkan dalam American Psychological Association's Psychological Bulletin.

Namun Mecking menanggapi tulisan Anderson tersebut secara positif. Mecking mengatakan bahwa otak manusia selalu aktif.

Ketika otak seseorang yang tengah dalam fase niksen diperiksa dalam functional magnetic resonance imaging (fMRI), otak ini terlihat seaktif otak seseorang yang sengaja diberi tugas untuk diselesaikan.

Bedanya, otak mereka yang tengah bekerja aktif karena digunakan menyelesaikan pekerjaan, sedangkan otak mereka yang tengah doing nothing berloncatan kesana kemari memikirkan banyak hal.

"Dalam fase ini, niksen atau doing nothing terkadang bisa melahirkan ide-ide baru yang segar," ujar Mecking.

Namun doing nothing atau niksen yang positif di sini bukanlah duduk santai sambil berselancar di media sosial. Namun duduk santai, memperhatikan awan, dedaunan, atau orang yang berlalu lalang di sekitar kita.

Konsep niksen yang bisa mendatangkan manfaat positif bagi tubuh ini sebenarnya sudah dipercaya dari abad ke abad. Salah satunya oleh Parmanides, filsuf dari Mazhab Elea Yunani, juga pengikut kepercayan Taoisme yang percaya Wu Wei, yaitu konsep tidak melakukan apa-apa sama sekali.

Baca juga: Hanya 4 Persen Populasi Dunia yang Memiliki Kepribadian ISFP, Anda Termasuk?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Perang Balon Berlanjut, Pembelot Korea Utara Ancam Kirim 5.000 USB Berisi Drama Korea Selatan

Tren
Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Terdampak Balon Isi Sampah dari Korut, Warga Korsel Bingung Minta Ganti Rugi ke Siapa

Tren
Video Viral Bocah Jatuh dari JPO Tol Jatiasih karena Pagar Berlubang, Jasa Marga Buka Suara

Video Viral Bocah Jatuh dari JPO Tol Jatiasih karena Pagar Berlubang, Jasa Marga Buka Suara

Tren
Iuran Tapera Dinilai Belum Bisa Dijalankan, Ini Alasannya

Iuran Tapera Dinilai Belum Bisa Dijalankan, Ini Alasannya

Tren
Maladewa Larang Warga Israel Masuk Negaranya, Solidaritas untuk Palestina

Maladewa Larang Warga Israel Masuk Negaranya, Solidaritas untuk Palestina

Tren
Syarat dan Cara Daftar PPDB Jabar 2024, Akses di Sapawarga atau Klik ppdb.jabarprov.go.id

Syarat dan Cara Daftar PPDB Jabar 2024, Akses di Sapawarga atau Klik ppdb.jabarprov.go.id

Tren
Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Profil Bambang Susantono dan Dhony Rahajoe, Kepala dan Wakil Kepala IKN yang Mengundurkan Diri

Tren
Heboh Orang Ngobrol dengan Layar Bioskop di Grand Indonesia, Netizen: Sebuah Trik S3 Marketing dari Lazada Ternyata

Heboh Orang Ngobrol dengan Layar Bioskop di Grand Indonesia, Netizen: Sebuah Trik S3 Marketing dari Lazada Ternyata

BrandzView
Pelari Makassar Meninggal Diduga 'Cardiac Arrest', Kenali Penyebab dan Faktor Risikonya

Pelari Makassar Meninggal Diduga "Cardiac Arrest", Kenali Penyebab dan Faktor Risikonya

Tren
Respons MUI, Muhammadiyah, dan NU soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Respons MUI, Muhammadiyah, dan NU soal Izin Usaha Tambang untuk Ormas

Tren
Cara Mengurus Pembuatan Sertifikat Tanah, Syarat dan Biayanya

Cara Mengurus Pembuatan Sertifikat Tanah, Syarat dan Biayanya

Tren
Mengenal Teori Relativitas Albert Einstein, di Mana Ruang dan Waktu Tidaklah Mutlak

Mengenal Teori Relativitas Albert Einstein, di Mana Ruang dan Waktu Tidaklah Mutlak

Tren
Ahli Klaim Pecahkan Misteri Lokasi Lukisan Mona Lisa Dibuat, Ini Kotanya

Ahli Klaim Pecahkan Misteri Lokasi Lukisan Mona Lisa Dibuat, Ini Kotanya

Tren
Gaji Ke-13 PNS Cair Mulai Hari Ini, Cek Penerima dan Komponennya!

Gaji Ke-13 PNS Cair Mulai Hari Ini, Cek Penerima dan Komponennya!

Tren
Rujak dan Asinan Indonesia Masuk Daftar Salad Buah Terbaik Dunia 2024

Rujak dan Asinan Indonesia Masuk Daftar Salad Buah Terbaik Dunia 2024

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com