Kota ini memperoleh reputasi dunia sebagai kota tiga agama.
Yerusalem juga sempat menjadi saksi Perang Salib antara Tentara Salib dan pasukan Salah al-Din.
Selama pemerintahan Turki Utsmani, ada sedikit orang Yahudi di Palestina. Pada abad ke-19, Yerusalem telah menjadi kota yang lebih terbuka.
Baca juga: Melihat Kota Sharm el-Sheikh, Bali-nya Mesir, Pernah Jadi Persembunyian Hosni Mubarak
Imigrasi Yahudi Eropa ke Yerusalem juga meningkat dan telah dilihat oleh beberapa kelompok sebagai penting Zionis.
Pada 1900, orang-orang Yahudi menjadi komunitas terbesar di kota dan pemukiman yang diperluas di luar tembok Yerusalem.
Pada 1914, Perang Dunia Pertama menyebabkan kekacauan, kehancuran dan kebutuhan untuk ekspansi dan penaklukan oleh kekuatan Eropa.
Karenanya, Yerusalem direbut oleh pasukan Inggris di bawah Jenderal Edmund Allenby pada 1917.
Baca juga: Melihat Dampak Serangan 11 Hari Israel di Gaza, Palestina
Pada tahun yang sama, Menteri Luar Negeri Inggris Arthur Balfour memberi isyarat dukungan Pemerintah Inggris untuk tanah air Yahudi di Palestina.
Yerusalem pun dijadikan ibu kota Palestina, tetapi dipegang di bawah mandat Inggris.
Setelah Perang Dunia II, PBB mengeluarkan keputuskan untuk menjadikan Yerusalem sebagai kota internasional pada 1947.
Kelompok Zionis kemudian memanfaatkan kekosongan politik dan militer itu dengan mengumumkan pembentukan negara Israel pada 14 Mei 1948.
Pada akhir 1948, Perdana Menteri Israel Daven Ben-Gurion mengumumkan bahwa Yerusalem Barat adalah ibu kota Israel dan Yerusalem Timur berada di kedaulatan Yordania.
Baca juga: Baghdad, Kota Seribu Satu Malam dan Pusat Peradaban Dunia di Masa Lalu
Setalah kekalahan Arab dalam perang Enam Hari 1967, Israel merebut seluruh wilayah Yerusalem.
Orang-orang Yerusalem Timur Arab ditawari kewarganegaraan Israel, tetapi hampir semua memilih untuk mempertahankan status mereka sebagai orang Yordania.