Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Abdel Mengaku Masih Pakai Sabu Saat Memandu Acara Mamah Dedeh, Ini Gejalanya

Kompas.com - 10/01/2022, 19:25 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presenter dan pelawak Abdel Achrian mengaku masih menggunakan narkoba jenis sabu-sabu saat memandu salah satu program dakwah di televisi.

Hal itu diungkapkan Abdel dalam obrolan di video YouTube Vindes pada Sabtu (8/1/2022).

"Akhirnya gue tahu kalau dia (Mamah Dedeh) tahu," ujar Abdel dalam video berdurasi 1 jam 15 menit itu.

"Masih ada sabu-sabunya saat itu. Makanya Mamah Dedeh gedek banget sama gue, 'gue ditemeni orang kayak begini'," lanjut Abdel.

Abdel mengaku, memandu acara dakwah bersama Mamah Dedeh memberinya banyak pelajaran berharga dan dia saat ini di memastikan telah bersih dari narkoba dan tidak pernah lagi menggunakan narkoba. 

Apa saja tanda-tanda seseorang menggunakan narkoba jenis sabu-sabu? 

Baca juga: Masih Pakai Narkoba Saat Memandu Acara Dakwah, Abdel Achrian Disentil Mamah Dedeh

Penjelasan dokter

Psikiatri adiksi dari Klinik Adiksi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, dr Enjeline Hanafi, BMedSci, SpKJ mengatakan bahwa umumnya pengguna sabu atau methamfetamin akan merasakan energinya bertambah.

Selain itu, pengguna juga merasakan peningkatan kepercayaan diri, bicara cepat, euforia, napsu seksual atau libido meningkat, dan menjadi sangat waspada.

"Pengguna sabu akan terlihat sangat bersemangat, gelisah, impulsif, tidak fokus, hingga tidak butuh tidur," ujar Enjeline saat dihubungi Kompas.com, Senin (10/1/2022).

Ia menambahkan, secara fisik atau kentara, pengguna sabu terlihat pada perubahan denyut nadi, tekanan darah, suhu tubuh, psikomotor, dan dilatasi pupil.

Tak hanya itu, pengguna sabu juga akan terlihat memiliki kantung mata dan berbicara ngelantur.

"Adanya kantung mata pada pengguna sabu karena dia enggak tidur-tidur, pengguna sabu bisa tidak tidur atau tidak makan berhari-hari," lanjut Enjeline.

Baca juga: Abdel Achrian Anggap Mamah Dedeh seperti Ibu Kandung Sendiri

 

Efek pemakai sabu-sabu 

Barang bukti berupa sabu-sabu yang diamankan dari empat tersangka penyalahgunaan narkoba di Surabaya, Jawa Timur.DOK. POLRESTABES SURABAYA Barang bukti berupa sabu-sabu yang diamankan dari empat tersangka penyalahgunaan narkoba di Surabaya, Jawa Timur.

Enjeline mengungkapkan, efek sabu adalah jenis stimulan, sehingga otak penggunanya akan menjadi sangat aktif.

Saking aktifnya maka bisa berimbas jadi tidak bisa tidur dan semangat dalam hal apapun ketika orang tersebut masih dalam pengaruh obat tersebut.

"Ketika semangat, mereka enggak lapar, sehingga sering juga digunakan menjadi semacam 'obat diet'. Walau paling sering digunakan untuk menambah nafsu seksual," ujar Enjeline.

Kemudian, hal yang bisa terlihat dari pengguna sabu yakni sering terlihat munculnya banyak jerawat di daerah sekitar hidung atau bibir.

Hal ini dikarenakan penggunaan sabu melalui bong atau alat penghisap sabu.

"Gigi dan gusi rusak juga, badan kurus kering, dan wajah lebih tua dari usia," imbuhnya.

Baca juga: Ikut Konsumsi Sabu-sabu Bareng Nia Ramadhani, Ardi Bakrie Ungkap Alasannya

Sementara itu, Enjeline menjelaskan efek sabu-sabu akan cepat muncul segera setelah penggunaan. Kondisinya lalu memuncak dalam waktu 4 jam.

"Dalam 15 jam sudah dikeluarkan dari tubuh, jadi dia akan pakai lagi besok supaya enggak lemas," ujar Enjeline.

Ia mengatakan, jika seseorang sudah kecanduan sabu, maka pengguna akan menambah dosis terus untuk dapat efek yang sama.

 

Dampak jangka pendek-panjang

Di samping itu, Enjeline juga menjelaskan apa saja dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang bagi pengguna sabu.

Untuk dampak jangka pendek, yakni:

  1. Perubahan suasana perasaan (jadi bersemangat ataupun jadi mudah tersinggung), interaksi sosial terganggu, daya nilai terganggu karena kadang menjadi paranoid, kecanduan sabu.
  2. Bila tidak menggunakan akan menjadi depresi, cemas, mudah lelah, tidak bisa tidur, tidak pede, mudah kebingungan

Sedangkan, untuk dampak jangka panjang, yakni:

  1. Penuaan dini, tubuh menjadi kurus, kelainan pada area mulut, gigi dan gusi.
  2. Gangguan fungsi otak seperti merusak memori, susah berpikir, susah fokus.
  3. Overdosis seperti demam, nyeri dada, nyeri kepala, otot kaku, kejang, serangan stroke, serangan jantung, kematian.

Baca juga: Sejarah Kazakhstan, Negara Paling Makmur di Asia Tengah

Berbeda dengan putaw

Sebelumnya, Abdel mengungkapkan juga bahwa dirinya sempat mengggunakan putaw.

Putaw adalah heroin jenis opioid, sifat depresan. Hal ini kebalikan dari sabu yang merupakan methamfetamin.

Enjeline menyampaikan, putaw memang tingkat kecanduannnya tinggi, karena jika putus obat, maka semua badan terasa sakit.

"Biasanya orang kecanduan putaw dulu, sekarang bisa jadi kecanduan sabu, karena putaw atau herois susah didapatkan, tapi reaksi beda 180 derajat," ujar Enjeline.

"Berbeda dengan sabu, kalau sabu biasanya rasa semangatnya yang dicari orang-orang," lanjut dia.

Selain itu, putaw membuat penggunanya menjadi rileks, high, dan sangat tenang. Tapi, jika efeknya sudah hilang, pengguna akan mengalami kesakitan di seluruh tubuh.

Hal ini lah yang kemudian penggunanya bakal ketagihan memakai putaw supaya tidak mengalami sakit badan.

"Kalau putaw pakainya dengan di-drag atau disuntik, efeknya yang berbahaya dari perilaku ini adalah HIV," ujar Enjeline.

Baca juga: Resep Umur Panjang Cegah Hipertensi dan Penyakit Jantung dengan Teh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Ketahui, Ini Masing-masing Manfaat Vitamin B1, B2, hingga B12

Tren
Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Uni Eropa Segera Larang Retinol Dosis Tinggi di Produk Kecantikan

Tren
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata, Israel Justru Serang Rafah

Tren
Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Pengakuan TikToker Bima Yudho Dapat Tawaran Endorse Bea Cukai, DBC: Tak Pernah Ajak Kerja Sama

Tren
Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com