Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Cappadocia, Saksi Bisu Kehidupan Era Byzantium

Kompas.com - 02/01/2022, 12:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nama Cappadocia belakangan banyak diperbincangan wargenet Indonesia setelah disebut dalam web series "Layangan Putus".

Cappadocia merupakan salah satu distrik di Kota Anatolia, Turki yang menjadi tujuan favorit wisatawan.

Lantas, bagaimana Cappadocia bisa terbentuk dengan begitu megahnya?

Sejarah Cappadocia

Melansir Daily Sabah, sejarah Cappodocia berawal dari letusan serangkaian gunung berapi, meliputi Gunung Erciyes dan Hasan yang membentuk lanskap unik.

Keunikannya terletak pada puncuk gunung bebatuan yang membentuk lubang-lubang menyerupai "cerobong peri".

Ketika gunung berapi meletus dan menyebarkan abunya yang tebal ke seluruh wilayah ini, abunya berubah menjadi batuan lunak yang memadat dan menjadi setebal puluhan meter.

Dari batuan lunak yang dikenal sebagai tuf, angin dan hujan selama jutaan tahun membentuk formasi batuan yang selalu indah di Cappadocia.

Baca juga: Rekomendasi Wisata Murah di Jakarta, Jogja, dan Malang, Tiket Masuk Rp 5.000-Rp 10.000

Penyumbang keindahan Cappadocia

Ilustrasi balon udara panas di Cappdocia, Turki.UNSPLASH/TIMUR GARIFOV Ilustrasi balon udara panas di Cappdocia, Turki.

Namun, alam bukan satu-satunya penyumbang keindahan kawasan ini.

Sejak era paleolitik, Cappadocia telah menjadi daerah yang populer bagi para pemukim. Keamanan geologisnya menjaga peradaban dari kekuatan luar.

Daerah ini juga menjadi saksi awal sejarah budaya Anatolia, termasuk peradaban Kristen dan aktivitas nomastik yang diyakini berasal dari abad IV.

Baca juga: Sejarah Keju, Dimulai dari Yunani Kuno dan Berkembang di Romawi Kuno

Orang-orang Kristen awal yang melarikan diri dari penganiayaan Romawi berbondong-bondong ke gua-gua di sini dan mendirikan komunitas monastik yang rumit.

Jejak sejumlah besar gereja, desa, dan kota Trygolodyte yang tersembunyi di dalam formasi batuan menjadikannya kompleks gua urban terbesar di dunia.

Hal itu sekaligus menegaskan mahakarya dari pikiran cerdas peradaban manusia purba.

Selain kemegahan strukturnya, Taman Nasional Goreme dan Situs Batu Cappadocia juga menjadi rumah seni era Byzantium di wilayah tersebut.

Baca juga: 4 Restoran dalam Gua di Cappadocia Turki, Pengalaman Santap Tak Biasa

Cappadocia masuk Situs Warisan Dunia UNESCO

Ilustrasi balon udara di Cappadocia, Turki.SHUTTERSTOCK/CARMIAN Ilustrasi balon udara di Cappadocia, Turki.

Dekorasi yang ditemukan di dinding gua batu adalah salah satu contoh karya seni terkemuka dari Byzantium pada periode pasca-ikonoklastik.

Tidak hanya keindahan seni yang tak tertandingi, daerah itu juga memberi kita petunjuk tentang kehidupan dan ritual orang-orang yang menetap di antara cerobong peri berbentuk jamur di Cappadocia.

Baca juga: Mulai Berlaku Hari Ini, Berikut Ketentuan Naik Pesawat, Kereta Api, dan Kapal

Meskipun merupakan bagian penting dari sejarah dunia selama berabad-abad, wilatah seluas 9.614 hektar itu baru dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada 1985.

Ada tujuh area Cappadocia yang masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO, yaitu Taman Nasional Goreme, Kota Bawah Tanah Derinkuyu, Kota Bawah Tanah Kaymakli, Gereja Karlik, Gereja Theodore, Karain Columbaria, dan Situs Arkeologi Soganli.

Sejak itu Cappadocia telah menjadi tempat yang populer untuk pariwisata karena misteri sejarah dan daya tariknya yang mempesona.

Baca juga: Daftar Hari Libur Nasional 2022 dan Aturan Cuti Bersama

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Bisakah Vitamin D Menurunkan Berat Badan? Ini Penjelasannya

Tren
Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Link Live Streaming dan Jadwal Pertandingan Perempat Final Thomas dan Uber Cup 2024 Hari Ini

Tren
Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tumor Disebut Bisa Menumbuhkan Gigi dan Rambut Sendiri, Benarkah?

Tren
7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

7 Fakta Pembunuhan Wanita dalam Koper di Cikarang, Pelaku Ditangkap Jelang Resepsi 5 Mei

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 3-4 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

[POPULER TREN] Suhu Panas Menerjang Indonesia di Awal Mei 2024 | Jadwal Laga Indonesia Vs Irak di Piala Asia U23

Tren
Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Kemendikbud: Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah Diminta Mundur

Tren
Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Covid-19 Varian FLiRT Terdeteksi di AS, Memicu Peringatan Lonjakan Kasus di Musim Panas

Tren
Machu Picchu dan Borobudur

Machu Picchu dan Borobudur

Tren
6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

6 Kebiasaan Sederhana yang Membantu Meningkatkan Angka Harapan Hidup

Tren
Bolehkah Memakai 'Pimple Patch' Lebih dari Sekali?

Bolehkah Memakai "Pimple Patch" Lebih dari Sekali?

Tren
Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Polisi dan Istri Brigadir RAT Beda Keterangan soal Keberadaan Korban Sebelum Tewas

Tren
Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Viral, Video Wisatawan di Curug Ciburial Bogor Kena Pungli, Pelaku Sudah Diamankan

Tren
Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Alasan Kapolri Buka Peluang Pengungkapan Kasus Meninggalnya Brigadir RAT Dibuka Kembali

Tren
Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Kasus KIP Kuliah, Undip: Mahasiswi Rela Mundur untuk Digantikan yang Lebih Butuh

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com