Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono menilai, foto-foto atau selfie yang dilakukan oleh sejumlah orang di lokasi bencana demikian sebenarnya adalah bagian dari penampilan masyarakat virtual atau hiperealitas society.
“Di dalam masyarakat hiperealitas itu yang dipentingkan adalah identity, bagaimana kostruksi, makna, simbol atau image yang mereka tampilkan,” ujarnya kepada Kompas.com, Jumat (10/12/2021).
Sehingga, alasan orang-orang melakukan hal semacam ini, imbuhnya adalah sebuah upaya dirinya untuk menampilkan sebuah identitas tentang keberanian.
"Mereka melalui foto tersebut seolah ingin berkata bahwa ‘saya ada di daerah bencana ini dan bencana ini berbahaya dan saya orang yang berani’," katanya lagi.
Baca juga: Suporter Sering Berulah, Ada Apa dengan Sepak Bola Kita?
Drajat menjelaskan, selama ini sudah banyak kejadian orang-orang yang nekat melakukan kegiatan foto selfie di tempat-tempat tak seharusnya.
Tak sedikit yang harus menghadapi beragam masalah yang bahkan membahayakan dirinya seperti terjatuh dari pohon, terjatuh ke jurang dan sebagainya.
Namun menurut Drajat bagi orang-orang yang melakukan hal demikian biasanya tidak mempertimbangkan faktor risiko atas aktivitas yang mereka lakukan.
“Karena waktu mereka menampilkan foto itu yang dipertimbangkan mereka adalah bagaimana ini bisa diketahui banyak orang dalam waktu cepat dan real time,” ungkapnya.
Baca juga: Ramai Pencuri Dikubur Hidup-hidup Warga, Mengapa Main Hakim Sendiri Masih Marak?