KOMPAS.com - Gelombang tinggi di beberapa perairan Indonesia menyebabkan terjadinya banjir rob yang menerjang sejumlah wilayah pesisir di Indonesia dalam beberapa hari terakhir.
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG), ada pola sirkulasi siklonik dan seruakan dingin aktif di Laut China Selatan.
Hal ini berdampak signifikan terhadap peningkatan tinggi gelombang yang mencapai 4-6 meter di wilayah Perairan Natuna.
Selain itu, kondisi kecepatan angin signifikan berkisar 25-30 knot terpantau di Samudera Pasifik timur Filipina.
“Ini juga memberikan dampak terhadap peningkatan tinggi gelombang mencapai 4-6 meter di wilayah utara Indonesia bagian timur,” ujar Hary saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/12/2021).
Baca juga: Penjelasan BMKG soal Isu Gelombang Panas di Indonesia
Hary mengatakan, ada pola sirkulasi siklonik, seruakan dingin, dan kecepatan angin yang bersamaan dengan fase bulan baru dan kondisi Perigee (jarak terdekat bulan ke bumi), berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan ketinggian pasang air laut maksimum lebih signifikan dan berpotensi menyebabkan banjir pesisir.
Menurut Hary, banjir pesisir kemungkinan akan kembali terjadi pada 18-22 Desember 2021.
“Banjir pesisir juga berpotensi terjadi kembali pada tanggal 18-22 Desember 2021 akibat adanya fenomena fase bulan purnama,” kata dia.
Hary memaparkan, ada sebanyak 19 daerah pesisir yang terdampak dari kondisi-kondisi di atas, dengan mengalami gelombang tinggi dan berpotensi terjadinya banjir pesisir, sebagai berikut:
Baca juga: Suhu Jogja dan Jateng Kian Panas, Ini Penjelasan BMKG
Hingga 9 Desember 2021, masih akan berlangsung gelombang tinggi di beberapa daerah dengan ketinggian bervariasi.
Tinggi gelombang 1,25-2,5 meter berpeluang terjadi di daerah berikut:
Baca juga: BMKG: Waspadai Cuaca Ekstrem Masuki Masa Pancaroba
Sedangkan gelombang setinggi 2,5-4 meter berpotensi terjadi di
Adapun gelombang setinggi 4-6 meter berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara dan Samudera Pasifik utara Papua Barat dan Papua.
Hary mengatakan, kondisi gelombang tinggi dan potensi banjir pesisir dapat mengganggu aktivitas masyarakat di sekitar pelabugan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat barang, aktivitas pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat.
Kegiatan yang menggunakan moda transportasi laut seperti kapan nelayan, kapal tongkang, kapal ferry, bahkan kapal pesiar juga diminta untuk mewaspadai adanya gelombang tinggi dan kecepatan angin.
Perahu nelayan dapat mewaspadai kecepatan angin lebih dari 15 knot dan tinggi gelombang di atas 1,25 meter. Untuk kapal tongkang, dapat mewaspadai gelombang setinggi lebih dari 1,5 meter dan kecepatan angin lebih dari 16 knot.
Sementara itu, kapal ferry diharapkan mewaspadai lebih dari 21 knot dan tinggi gelombang di atas 2,5 meter dan kapal ukuran besar seperti kapal kargo atau kapal pesiar mewaspadai kecepatan angin lebih dari 27 knot dan tinggi gelombang di atas 4 meter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.