Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Varian Omicron, Kasus Covid-19 di Afrika Selatan Naik 4 Kali Lipat dalam 4 Hari

Kompas.com - 05/12/2021, 06:05 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Afrika Selatan terus mengalami lonjakan kasus Covid-19 pasca ditemukannya varian Omicron atau yang sebelumnya diberi kode B.1.1.529.

Varian baru virus corona yang diberi nama Omicron oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada November 2021.

Omicron diketahui memiliki jumlah mutasi yang tinggi sehingga berpotensi memiliki kemampuan penularan yang lebih cepat.

Melansir CNN, Jumat (3/12/2021), dalam 4 hari terakhir, terhitung sejak 30 November 2021, Afrika Selatan telah mencatat peningkatan kasus infeksi hampir 4 kali lipat.

Pada 30 November 2021, jumlah kasus infeksi yang terkonfirmasi secara nasional di Afrika Selatan sebanyak 4.373 kasus.

Pada 1 Desember 2021, kasus baru ada di angka 8.561 kasus.

Selanjutnya, berdasarkan data John Hopkins University, pada 2 Desember 2021, kasus infeksi di Afrika Selatan kembali naik di angka 11.535 kasus.

Terakhir, pada Jumat (3/12/2021), negara ini melaporkan adanya 16.055 kasus baru Covid-19.

Dari lebih dari 4.000 kasus pada 30 November menjadi 16.000-an kasus pada 3 Desember. 

Baca juga: Daftar Negara yang Sudah Melaporkan Varian Omicron dari Afrika Selatan

Sementara itu, WHO Kantor Regional Afrika melalu laman resminya menyebut Benua Afrika mengalami peningkatan kasus infeksi mingguan hingga 54 persen.

Penyebab utamanya adalah peningkatan kasus infeksi di negara Afrika Selatan.

WHO juga menyebut total kasus Covid-19 dengan varian Omicron di Afrika Selatan dan Botswana setara dengan 62 persen kasus infeksi Omicron yang dilaporkan secara global.

Sementara itu, National Institute for Communicable Disease (NICD) menyebut banyak di antara kasus baru yang ditemukan akhir-akhir ini adalah mereka yang sebelumnya sudah pernah terinfeksi, kembali terinfeksi oleh varian Omicron.

Akan tetapi, pakar mikrobiologi dari NICD, Prof. Anne von Gottberg menyebutkan, data menunjukkan infeksi ulang ini tidak menimbulkan keparahan seperti infeksi pertama.

"Kami percaya penyakit ini dampaknya akan lebih ringan. Dan itulah yang ingin kami buktikan dan monitor denfan sangat hati-hari di Afrika Selatan," kata dia.

Vaksinasi terbukti membantu manusia untuk bisa lebih kuat dalam menghadapi serangan virus yang kian meningkat.

Meskipun WHO mencatat sebagian besar masyarakat di Afrika Selatan belum mendapatkan vaksinasi dosis pertamanya.

Menurut data WHO, hanya 102 juta orang atau 7,5 persen dari populasi Afrika yang sudah divaksinasi lengkap.

Sisanya, lebih dari 80 persen orang di Afrika bahkan belum menerima vaksin Covid-19 dosis pertama.

Baca juga: Belanda Laporkan 13 Kasus Omicron, Berasal dari Penerbangan Afrika Selatan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Negara yang Tak Punya Bandara, Bagaimana Cara ke Sana?

5 Negara yang Tak Punya Bandara, Bagaimana Cara ke Sana?

Tren
Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Kata Media Asing soal Indonesia Vs Guinea, Ada yang Soroti Kartu Merah Shin Tae-yong

Tren
Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Manfaat Buah dan Sayur Berdasar Warnanya, Merah Bisa Cegah Kolesterol Tinggi

Tren
16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

16 Negara yang Lolos Berlaga di Sepak Bola Olimpiade Paris 2024, Termasuk Guinea

Tren
Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Duduk Perkara Rektor Unri Polisikan Mahasiswa yang Protes UKT, Berakhir Cabut Laporan

Tren
Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Jarang Diketahui, Ini 9 Manfaat Jalan Kaki Tanpa Alas Kaki di Pagi Hari

Tren
Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Muncul Fenomena ASI Bubuk, IDAI Buka Suara

Tren
Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Ramai soal ASI Bubuk, Amankah Dikonsumsi Bayi?

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang 10-11 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

[POPULER TREN] Pertandingan Indonesia Vs Guinea | Wacana Pembongkaran Separator Ring Road Yogyakarta

Tren
Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Situs Panganku.org Beralih Fungsi Jadi Judi Online, Kemenkes dan Kemenkominfo Buka Suara

Tren
Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Hasil Tes Online 1 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Ramai soal Surat Edaran Berisi Pemkab Sleman Tak Lagi Angkut Sampah Organik, Ini Kata DLH

Tren
Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Saat Penyambut Tamu Acara Met Gala Dipecat karena Lebih Menonjol dari Kylie Jenner...

Tren
Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Kronologi dan Motif Ibu Racuni Anak Tiri di Rokan Hilir, Riau

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com