“Tidak ada (dampak apa pun). Hanya lebih cepat saja terbitnya,” ujar Andi, dikutip dari Kompas.com, Sabtu (13/11/2021).
Andi juga menambahkan, fenomena ini juga bukan tanda suatu bencana. "Memang sudah alamiah," kata dia.
Dijelaskan lebih lanjut, Bumi berotasi terhadap sumbunya dengan kemiringan 66,6 derajat terhadap bidang edar atau ekliptika.
Secara bersamaan, Bumi mengelilingi Matahari dengan sumbu rotasi yang miring ini, dapat menyebabkan waktu terbit dan terbenamnya Matahari akan bervariasi selama satu tahun, baik lebih cepat atau lebih lambat.
Saat sumbu rotasi di belahan utara Bumi dan kutub utara Bumi miring ke arah Matahari, membuat Matahari lebih cepat terbit dan terbenam lebih lambat di belahan utara.
Ini terjadi saat solstis Juni, saat Matahari berada paling utara saat tengah hari yang terjadi setiap tanggal 20 atau 21 Juni setiap tahunnya.
Sementara itu, sumbu rotasi di belahan selatan Bumi dan kutub selatan miring menjauhi Mahari, membuat Matahari terbit lebih lambat dan terbenan lebih cepat di belahan selatan Bumi.
Hal ini terjadi saat solstis Desember, saat Matahari berada paling Selatan saat tengah hari yang terjadi setiap 21 atau 22 Desember tiap tahunnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.