Dikutip dari Kompas.id, penyebab banjir diduga akibat degradasi lingkungan khususnya kondisi daerah aliran sungai (DAS) yang kritis.
Kabupaten Sintang, memiliki alokasi kawasan hutan sebesar 59 persen dari luas wilayahnya atau sekitar 1,3 juta hektare dari total luas Sintang 2 juta ha.
Berdasarkan data Balai Pengelola DAS dan Hutan Lindung Kapuas, dari sekitar 14 juta ha luas DAS di Kalbar (termasuk Sintang), sekitar 1,01 juta ha di antaranya dalam kondisi kritis, di antaranya DAS Kapuas.
Baca juga: Terendam Banjir 1 Meter, Jalan Sintang-Melawi Kalbar Lumpuh
Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalbar Nikodemus Ale mengungkapkan bahwa sebagian besar DAS kritis.
Menurut Ale sebagian besar daerah penyangga DAS Kapuas mengalami deforestasi karena pembukaan tutupan hutan untuk aktivitas ekstraktif.
”Yang perlu dilakukan adalah peninjauan ulang tata ruang. Perizinan yang ada hendaknya ditinjau ulang,” kata Ale.
Sementara itu, pengajar Hidrologi Lingkungan, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak Kiki Prio Utomo mengungkapkan, banjir di Sintang disebabkan perubahan tata guna lahan atau pemanfaatan lahan.
Ia mengatakan, pada dasarnya Sintang secara alamiah adalah daerah yang akan kebanjiran karena berada di tengah dari DAS Kapuas serta adanya beberapa anak sungai lainnya.
Akan tetapi, jika melihat data yang ada, pada tahun 2021 banjir besar sudah terjadi beberapa kali. Padahal antara tahun 2017-2021, banjir terjadi setiap tahun.
Hanya pada tahun 2019 tidak dilaporkan ada banjir. Meskipun di tahun 2018 tahun yang relatif kering, tetapi masih terjadi banjir.
"Artinya memang secara alamiah risiko banjirnya ada,” kata Kiki.
Baca juga: Dua Pekan Sintang Kalbar Terendam Banjir, Akses Kendaraan Dalam Kota Nyaris Lumpuh
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.