KOMPAS.com - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, gelombang ketiga Covid-19 pasti melanda Indonesia.
Menurut berbagai studi terkait, Nadia mengatakan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 memiliki sifat yang bisa menimbulkan gelombang epidemi berkali-kali, sehingga lonjakan infeksinya tidak cukup dengan satu gelombang.
Hal ini berkaca dari gelombang ketiga Covid-19 yang terjadi di negara dengan cakupan vaksinasi tinggi seperti di beberapa negara Eropa salah satunya Inggris, serta Amerika Serikat.
"Gelombang ketiga itu niscaya pasti terjadi, karena banyak negara yang saat ini sudah mengalami gelombang ketiga, di mana mereka memiliki cakupan vaksinasi yang tinggi, juga memiliki tingkat prokes yang sudah baik," ungkap Nadia, dalam webinar VivaTalk, Kamis (21/10/2021).
Gelombang ketiga ini diprediksi terjadi setelah Natal 2021 dan Tahun Baru 2022. Karena pada peringatan tersebut, mobilitas masyarakat meningkat.
"Setiap ada peningkatan pergerakkan atau mobilitas, itu selalu terjadi peningkatan kasus Covid-19," imbuh dia.
Lantas, seberapa parahkah lonjakan kasus Covid-19 gelombang ketiga di Indonesia?
Baca juga: Peringatan Luhut soal Gelombang Ketiga Covid-19 dan Prediksi Epidemiolog
Terkait dengan prediksi dan antisipasi gelombang ketiga Covid-19, Nadia mengatakan sudah ada beberapa modeling yang dibuat oleh ahli epidemiologi.
"Beberapa ahli epidemiologi itu telah membuat beberapa modeling, ada yang kemudian dia bisa sama dengan kondisi 2020-2021, bisa sedikit meningkat, atau bahkan bisa lebih tinggi dibandingkan bulan Juli 2021," ungkap Nadia.
Berdasarkan modeling tersebut, Nadia mengatakan pola penularan Covid-19 hingga saat ini masih didominasi varian Delta. Varian ini memiliki tingkat penularan yang lebih cepat sehingga berpotensi meningkatkan kasus Covid-19.
Akibatnya, ada kemungkinan gelombang ketiga nantinya bisa lebih tinggi dari gelombang-gelombang sebelumnya.
"Kalau kita bandingkan gelombang pertama, pasti kemungkinan akan lebih tinggi, karena kita tahu jenis virusnya berbeda. Bahkan kita tahu, kita mengalami yang jauh lebih tinggi kasusnya di Juli kemarin," tutur dia.
Di Indonesia sendiri, varian Delta adalah varian yang paling banyak di antara kasus infeksi Covid-19 di Indonesia.
"Ternyata juga merupakan varian yang paling banyak ada di negara kita. Hampir 90 sampai 98 persennya adalah varian Delta," kata Nadia.
Baca juga: 5 Langkah Satgas Covid-19 Menghadapi Ancaman Potensi Gelombang Ketiga
Nadia mengungkapkan bahwa positivity rate Indonesia berada di angka 1,6 persen.