Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Menyebut Anda dalam Ceritanya.. is Another Level of Happiness”

Kompas.com - 03/09/2021, 18:31 WIB
Rosy Dewi Arianti Saptoyo,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - "Menyebut Anda dalam ceritanya is another level of happiness".

Kalimat tersebut tampak sederhana dan biasa-biasa saja. Akan tetapi, siapa sangka, satu kalimat bisa menarik puluhan ribu orang melalui media sosial.

Berawal dari cuitan Twitter @zhouvar pada Kamis (2/9/2021). Ia menuliskan kalimat tersebut dan dalam sehari, tepatnya pada Jumat (3/9/2021) sore, cuitan itu mendapat 1,5 ribu balasan, 9,3 ribu retweet, dan 39,9 ribu like.

Mengapa sebuah kalimat sederhana bisa mendapat engagement luas di media sosial?

Baca juga: 7 Tips Jaga Komunikasi Hubungan Jarak Jauh di Masa Pandemi Corona

Pengaruh psikologis pengguna media sosial

Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Alimatul Qibitiyah menjelaskan bahwa kata-kata atau kalimat yang menjadi viral di media sosial bisa terjadi karena banyak orang yang merasa terhubung dengan topik tersebut.

"Semakin banyak orang mengalami, merasakan, maka dia semakin terlibat dalam percakapan itu," kata Alimatul saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon, Jumat (3/9/2021).

Pada contoh "menyebut anda dalam ceritanya", kalimat itu menjadi sesuatu yang berkaitan dengan emosi atau perasaan.

Sehingga, pengguna media sosial yang sengaja atau tidak sengaja melihat kalimat tersebut merasa memiliki pengalaman yang sama.

"Ketika seseorang disebut namanya itu membuat bahagia, sesuatu banget dan sebagainya. Walaupun juga tergantung ya disebutnya dalam rangka apa. Kalau konteksnya sedih ya deg-degan juga, kan begitu. Tidak selalu bahagia," jelas Alimatul.

Hal ini terbukti dari beberapa balasan pengguna Twitter lainnya dalam cuitan tersebut.

Baca juga: Jatuh Cinta Pengaruhi Nafsu Makan dan Bikin Berkeringat, Kok Bisa?

Pengaruh emosi pada komunikasi

Interaksi adalah sarana komunikasi utama dalam kehidupan sehari-hari dan berfungsi untuk mengoordinasikan kegiatan bersama antara individu.

"Kalau dalam ilmu komunikasi itu, semakin banyak orang mengalami dalam kehidupan dia sehari-hari, maka dia akan semakin tertarik untuk terlibat dalam komunikasi itu," tutur Alimatul.

Ada beberapa titik di mana orang-orang yang berkomunikasi mencapai pengertian atau kesamaan pada aspek-aspek tertentu. Mereka juga memberi sinyal satu sama lain pada konteks tertentu pula.

"Sesuatu yang lebih personal juga ya kadang-kadang, mengandung emosi, sesuatu yang sifatnya menyentuh emosi itu juga lebih kuat ya," imbuh dia.

Sayangnya, model komunikasi semacam ini juga kerap dimanfaatkan kelompok-kelompok ekstrem.

Alimatul mencontohkan kelompok kekerasan ekstrem mengatasnamakan agama yang menghimpun simpatisan melalui visual-visual yang mengharukan dan menyentuh emosi.

"Jadi visual yang menyentuh hati itu akan mudah mempengaruhi seseorang untuk melakukan sesuai dengan yang diinginkan oleh pemberi berita atau pembawa berita yang pertama kali itu," terang dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com