Bulan Biru Bulanan (Monthly Blue Moon) terjadi ketika Bulan Purnama terjadi di sekitar awal bulan Masehi.
Hal ini dikarenakan rata-rata lunasi sebesar 29,53 hari, lebih pendek dibandingkan dengan 11 bulan dalam kalender Masehi.
Awal penamaannya terjadi ketika seorang astronom amatir, James Hugh Pruett (1886–1955) menulis di majalah Sky & Telescope edisi 1946.
Baca juga: Viral, Video Batu Hitam Disebut Meteor Jatuh dari Langit hingga Timpa Rumah Warga
Ia menyebut Bulan Purnama kedua sebagai Bulan Biru. Kesalahan ini akhirnya tersebar sebagai fakta.
Bahkan hari ini, kesalahan itu dijadikan sebagai definisi purnama di awal bulan Masehi, alih-alih menganggapnya sebagai suatu kesalahan.
Bulan Biru Bulanan juga terjadi setiap dua atau tiga tahun sekali. Fenomena sebelumnya terjadi pada 31 Juli 2015 dan 31 Januari 2018.
Fenomena Bulan Biru Musiman akan kembali terjadi pada 31 Agustus 2023 dan 31 Mei 2026 mendatang.
Baca juga: Viral Fenomena Unik di Langit Kalasan, Apa Itu?
Bulan Biru Musiman dan Bulanan terkadang bisa terjadi di tahun yang sama, dengan rentang waktu antara 1550-2650, telah terjadi 20 kali Bulan Biru Musiman dan Bulanan sekaligus.
Fenomena ini terjadi terakhir kali pada 1934 dan akan terjadi bersamaan lagi pada 2048.
Baca juga: Hujan Meteor Perseid Bisa Disaksikan Besok Malam, Apa Keistimewaannya?
Infografik: Mengenal
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.