Bukan hanya aspek kesehatan
Dicky mengatakan, kematian juga tak bisa dilihat hanya dari aspek kesehatan semata, karena ada banyak faktor yang turut berkontribusi, bahkan pada satu kasus kematian.
"Makanya kematian itu (menjadi) indikator keparahan pandemi karena menjadi akumulasi atau output dari banyak sektor," kata Dicky.
"Jadi sebetulnya, itu menggambarkan banyak masalah di satu kematian itu. Bukan hanya sektor kesehatan, mungkin ekonomi, dukungan sosial, dan lain sebagainya," jelas Dicky.
Indikator yang relevan
Dicky mengatakan, dalam menetapkan indikator penanganan Covid-19, pemerintah harus fokus pada indikator yang sifatnya relevan, salah satunya angka kematian.
"Namanya indikator ya tidak mesti banyak, tapi yang relevan dan penting, seperti kematian, test positivity rate, kasus harian, hunian rumah sakit, ICU, dan lain sebagainya, itu sifatnya wajib, enggak bisa tidak," kata Dicky.
Ia berpendapat, meskipun ada permasalahan dalam hal input data angka kematian, namun bukan berarti masalah tersebut bisa menjadi alasan pemerintah untuk menghapus angka kematian sebagai indikator penanganan Covid-19.
"Meskipun ada masalah di lapangan. Masalah lagging time-nya, ya enggak masalah. Karena kita bisa lihat pergerakan (angka) tujuh hari, tapi keberadaan data itu penting banget," kata Dicky menegaskan.