Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Tabung Oksigen Palsu, Apa Bahayanya? Ini Kata Peneliti LIPI

Kompas.com - 28/07/2021, 12:04 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kasus dugaan pemalsuan tabung oksigen diungkap Kepolisian Metro Tangerang Kota.

Seperti diberitakan Kompas.com, Senin (26/7/2021), Polresta Metro Tangerang Kota menangkap IF (27) yang merupakan pelaku kasus dugaan pemalsuan tabung karbon dioksida.

IF memalsukan tabung karbon dioksida dengan cara mengecat tabung yang berwarna merah menjadi putih untuk dipalsukan sebagai tabung oksigen.

Selain memalsukan, pelaku juga menjual tabung dengan harga lebih tinggi, Rp 4,5 juta.

Baca juga: Viral, Uang Pecahan Rp 2.000 Diwarnai Menyerupai Rp 20.000, Ini Penjelasan BI

Apa bahayanya menggunakan tabung oksigen yang dipalsukan?

Bahaya tabung oksigen palsu

Peneliti dari Pusat Penelitian Metalurgi dan Material Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Yudi Nugraha Thaha, mengatakan, tabung karbon dioksida (CO2) tidak dapat digunakan untuk manusia.

“Tabung CO2 jika dihirup berbahaya bagi manusia," ujar Yudi saat dihubungi Kompas.com, Selasa (27/7/2021).

Ia menyebutkan, menghirup CO2 bisa menyebabkan keracunan.

"Karena akan mengakibatkan keracunan, akibat gangguan penyerapan oksigen pada sel tubuh, terutama di paru-paru,” kata Yudi.

Penggunaan tabung oksigen medis dengan tabung lain yang peruntukannya tidak untuk kepentingan medis juga tidak diperbolehkan.

Alasannya, tabung oksigen medis lebih tinggi kemurniannya jika dibandingkan tabung oksigen selain untuk kepentingan medis.

“Tabung oksigen medis lebih tinggi kemurniannya, tabung oksigen medis kadar oksigennya 99,5 persen sementara tabung oksigen untuk las kadar oksigennya 99,2 persen,” ujar dia.

Jangan isi ulang oksigen medis pada tabung yang bukan untuk oksigen medis

Yudi mengingatkan agar masyarakat mengisi oksigen medis menggunakan tabung yang memang hanya khusus untuk pengisian tabung oksigen medis.

“Tidak bisa tabung LPG, CO2, Ar, Nitrogen di-refill oleh oksigen untuk medis, karena tabungnya enggak kuat menahan tekanan oleh oksigen spesifikasi untuk medis,” ujar dia.

Menurut Yudi, oksigen medis memerlukan tabung khusus yang bisa menahan tekanan 150 bar.

Tekanan ini tidak dimiliki oleh tabung lain.

Pengisian ulang oksigen medis menggunakan tabung selain untuk kebutuhan tabung oksigen medis juga berpotensi menimbulkan terjadinya kontaminasi.

“Kalau tabung CO2 diisi O2 enggak bisa, karena ada risiko kontaminasi. Dari safety pada bahan tabung pun berbahaya,” kata Yudi.

Baca juga: Viral Twit Curhatan Pelanggan yang Telat Bayar Listrik dan Diancam Diputus, Ini Tanggapan PLN

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Benarkah Antidepresan Bisa Memicu Hilang Ingatan? Ini Penjelasan Ahli

Tren
WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

WHO Peringatkan Potensi Wabah MERS-CoV di Arab Saudi Saat Musim Haji

Tren
Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Mengapa Lumba-lumba Berenang Depan Perahu? Ini Alasannya Menurut Sains

Tren
Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Cara Cek NIK KTP Jakarta yang Non-Aktif dan Reaktivasinya

Tren
Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Berkaca dari Kasus Mutilasi di Ciamis, Mengapa Orang dengan Gangguan Mental Bisa Bertindak di Luar Nalar?

Tren
3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

3 Bek Absen Melawan Guinea, Ini Kata Pelatih Indonesia Shin Tae-yong

Tren
Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Alasan Israel Tolak Proposal Gencatan Senjata yang Disetujui Hamas

Tren
Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Pendaftaran Komcad 2024, Jadwal, Syaratnya, dan Gajinya

Tren
Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Studi Baru Ungkap Penyebab Letusan Dahsyat Gunung Tonga pada 2022

Tren
Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Mengenal 7 Stadion yang Jadi Tempat Pertandingan Sepak Bola Olimpiade Paris 2024

Tren
Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Mengenal Alexinomia, Fobia Memanggil Nama Orang Lain, Apa Penyebabnya?

Tren
Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Sunat Perempuan Dilarang WHO karena Berbahaya, Bagaimana jika Telanjur Dilakukan?

Tren
UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

UU Desa: Jabatan Kades Bisa 16 Tahun, Dapat Tunjangan Anak dan Pensiun

Tren
Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Harga Kopi di Vietnam Melambung Tinggi gara-gara Petani Lebih Pilih Tanam Durian

Tren
Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Kasus Mutilasi di Ciamis dan Tanggung Jawab Bersama Menangani Orang dengan Gangguan Mental

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com