Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua Dosis Vaksin Covid-19 Cukup, WHO: Vaksin Booster Belum Diperlukan

Kompas.com - 17/07/2021, 20:05 WIB
Maya Citra Rosa

Penulis

 

KOMPAS.com - Mixing vaccines atau menambah dosis vaksin Covid-19 sebagai vaksin booster belum diperlukan bagi sejumlah negara.

Termasuk Indonesia, Juru bicara satuan tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta masyarakat untuk tidak melakukan mixing vaccines tersebut.

Dua dosis vaksin sudah cukup, sehingga vaksin dosis ketiga belum diperlukan saat ini.

"Untuk saat ini secara umum dua kali dosis vaksin sudah cukup bagi masyarakat umum untuk membentuk kekebalan individu," kata Wiku, dikutip dari Kompas.com, Selasa (13/7/2021).

"Sehingga masyarakat diimbau untuk tidak melakukan mixing vaccines atau penambahan dosis booster sendiri dan bahkan tanpa pengawasan kesehatan," tuturnya.

Wiku memastikan fokus utama pemerintah saat ini adalah pada percepatan pembentukan kekebalan komunitas atau herd immunity sesegara mungkin.

Baca juga: WHO Sebut Vaksin Booster Masih Belum Diperlukan, Ini Alasannya

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mengingatkan untuk sejumlah negara seharusnya tidak membeli vaksin penguat atau booster bagi warga yang sudah divaksinasi.

Hal ini karena banyak negara lain yang belum memberikan vaksin dosis pertama bagi warga.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesu mengatakan, saat ini tingkat kematian meningkat, varian Delta menjadi varian dominan yang memakan korban jiwa, dan banyak negara belum memiliki persediaan vaksin yang cukup untuk melindungi tenaga kesehatan.

"Varian Delta menjalar ke seluruh dunia, seperti bara api, yang menyebabkan peningkatan kasus dan kematian," kata Tedros.

Dia mengatakan varian Delta yang pertama kali ditemukan di India, saat ini sudah ditemukan 104 negara.

"Kesenjangan global akan pasokan vaksin Covid-19 sangat timpang dan tidak adil," katanya.

Baca juga: Satgas Covid-19 Imbau Masyarakat Tidak Lakukan Mixing Vaccines Tanpa Pengawasan

Kenapa vaksin booster dianggap belum diperlukan?

Ilmuwan Kepala WHO, Soumya Swaminathan mengutip Kompas.com mengatakan saat ini belum ada bukti cukup soal perlunya vaksin penguat atau booster bagi mereka yang sudah menerima vaksin dua kali.

Vaksin penguat mungkin akan diperlukan, namun untuk saat ini masih belum diperlukan.

"Semua harus didasarkan pada sains dan data, bukannya tergantung pada perusahaan tertentu yang mengatakan vaksin mereka harus digunakan sebagai penguat," kata Dr Swaminathan.

Baca juga: Vaksinasi Dosis Ketiga bagi Tenaga Kesehatan Dimulai Pekan Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

5 Kasus Pembunuhan Mutilasi yang Jadi Sorotan Dunia

Tren
Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Daftar Terbaru Kereta Ekonomi New Generation dan Stainless Steel New Generation, Terbaru KA Lodaya

Tren
Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Daftar Sekolah Kedinasan yang Buka Pendaftaran pada Mei 2024, Lulus Bisa Jadi PNS

Tren
Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Sering Dikira Sama, Apa Perbedaan Psikolog dan Psikiater?

Tren
Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Benarkah Kucing Lebih Menyukai Manusia yang Tidak Menyukai Mereka?

Tren
Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Banjir di Sulawesi Selatan, 14 Orang Meninggal dan Ribuan Korban Mengungsi

Tren
Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Buah-buahan yang Aman Dikonsumsi Anjing Peliharaan, Apa Saja?

Tren
BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

BPOM Rilis Daftar Suplemen dan Obat Tradisional Mengandung Bahan Berbahaya, Ini Rinciannya

Tren
Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Arkeolog Temukan Vila Kaisar Pertama Romawi, Terkubur di Bawah Abu Vulkanik Vesuvius

Tren
Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Kapan Seseorang Perlu ke Psikiater? Kenali Tanda-tandanya Berikut Ini

Tren
Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Suhu Panas Melanda Indonesia, 20 Wilayah Ini Masih Berpotensi Diguyur Hujan Sedang-Lebat

Tren
Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Apa Beda KIP Kuliah dengan Beasiswa pada Umumnya?

Tren
Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Kisah Bocah 6 Tahun Meninggal Usai Dipaksa Ayahnya Berlari di Treadmill karena Terlalu Gemuk

Tren
ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

ASN Bisa Ikut Pelatihan Prakerja untuk Tingkatkan Kemampuan, Ini Caranya

Tren
Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Arkeolog Temukan Kota Hilang Berusia 8.000 Tahun, Terendam di Dasar Selat Inggris

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com