Menurut Dicky, peningkatan kasus yang terjadi baru-baru ini, tidak murni disebabkan oleh pergerakan masyarakat selama libur Ramadhan dan Lebaran saja.
"Masalahnya begini, sebelum ada pergerakan dalam kerangka libur panjang Ramadhan maupun Lebaran, angka (kasus) kita sudah tinggi," kata Dicky.
"Jadi sebetulnya ini hanya akselerasi saja. Mempercepat saja kan yang sudah tidak terkendali," imbuhnya.
Baca juga: 9 Tempat Kuliner di Yogyakarta yang Harganya Terjangkau
Dicky mengatakan, hal tersebut berbeda dengan Malaysia, yang sebelum adanya libur Ramadhan dan Lebaran, situasi pandeminya relatif terkendali.
"Terlihat dari test positivity rate mereka yang di bawah 5 persen. Kalau kita, test positivity rate kita udah lebih dari satu tahun selalu di atas 10 persen," kata Dicky.
Dicky mengatakan, kenaikan kasus yang terjadi pasca-libur Lebaran merupakan akumulasi dari proses yang terjadi selama setahun ke belakang.
"Sehingga tidak terlalu signifikan pembatasan (Lebaran) itu," kata Dicky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.