Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Point Nemo, Lokasi Kuburan Roket dan Sampah Luar Angkasa

Kompas.com - 24/05/2021, 20:35 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kuburan tak melulu identik dengan makhluk hidup. Di dunia ini, ada sejumlah tempat yang dijadikan peristirahatan terakhir barang-barang tak terpakai, seperti kapal dan mobil.

Namun, pernakah Anda berpikir di manakah letak kuburan roket dan sampah antariksa?

Mayoritas sampah antariksa mendarat di suatu tempat di lautan.

Biasanya, perancang misi akan menargetkan wilayah tertentu, seperti Area Tak Berpenghuni Samudera Pasifik Selatan (SPOUA), dekat Point Nemo.

Baca juga: Saingan Sedikit, Ini 10 Formasi CPNS dan 5 Instansi yang Sepi Peminat

Point Nemo

Point Nemo merupakan salah satu zona yang paling terpencil dan sulit diakses di Bumi. Zona ini menjadi titik terjauh dari daratan ke segala arah di planet ini.

Dalam laporannya pada 2018, Badan Antariksa Eropa menuliskan lebih dari 260 pesawat ruang angkasa telah jatuh di Point Nemo sejak 1971 dan jumlahnya meningkat setiap tahunnya.

Tak heran, jika Point Nemo dikenal sebagai "kuburan pesawat ruang angkasa", seperti dikutip dari DW.

Baca juga: Mengenal Point Nemo yang Nyaris Jadi Peristirahatan Akhir Tiangong-1

Namun, Point Nemo bukanlah satu-satunya wilayah lautan tempat jatuhnya pesawat ruang angkasa.

Ketika SpaceX meluncurkan roket Falcon 9 untuk mengirim satelit Starlink kecil, ia mendaratkan tahap roketnya ke barat daya Australia, di perbatasan antara Samudera Hindia dan Samudera Selatan.

"Beberapa dari yang Rusia tenggelam di Samudera Hindia, dan beberapa turun di Atlantik Utara, misalnya di Teluk Baffin," jelas dia.

Biasanya, lokasi jatuhnya roket tergantung tempat dan cara peluncurannya.

Meski demikian, ada beberapa hal yang bisa menjadi bahaya, terutama ketika roket diluncurkan di darat, bukan pantai.

Sejumlah booster jatuh di dekat daerah berpenduduk di China dan di lokasi uji coba di Kazakhstan. Kedua kasus tersebut melepaskan awan oranye beracum yang disebut BFRC.

Baca juga: Roket China Jatuh Tanpa Kendali, Bisa Jatuh Besok di Wilayah Berpenghuni

Ancaman bagi kehidupan laut?

McDowell mengatakan, ada perbuhan tren di industri. Mereka kini ingin meninggalkan lebih sedikit puing-puing di luar angkasa karena takut akan meningkatkan kemacetan dan mengganggu sistem komunikasi, serta eksplorasi ruang angkasa.

Artinya, akan lebih banyak sampah yang harus turun ke Bumi. Bahkan, ada pembicaraan untuk menonaktifkan Stasiun Luar Angkasa Internasional pada tahun 2028 dan menjatuhkannya di tempat peristirahatan terakhir di Pasifik Selatan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com