Menurut dia, sampai saat ini Israel belum diakui sebagai negara oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pasalnya, Israel tak mau menaati Resolusi PBB 242 dan 338 yang mengharuskan mereka keluar dari wilayah pendudukan di Gaza, West Bank, dan dataran tinggi Golan.
"Jadi Israel ini tidak menaati tentang negara di masa modern, tapi didukung Amerika yang menawarkan konsep-konsep politik modern, seperti kedaulatan dan perbatasan," kata dia.
Akan tetapi, dukungan negara superpower seperti Amerika Serikat membuat mereka merasa aman, meski terus mencaplok wilayah Palestina.
Sebab, semua konflik di dunia ini tergantung pada political will dari negara superpower. Jika negara itu membiarkan, konflik akan terus berjalan.
"Tidak ada ketaatan-ketaatan pada kesepakatan hukum dan hubungan internasional. Itu dilanggar semua. Jadi bagaimana mau menyelesaikannya?" tutur dia.
"Oke dengan perundingan. Perundingan juga ditengahi AS, syarat penengah itu kan harus netral, tapi dia pro Israel," sambungnya.
Selain itu, salah satu syarat perdamaian adalah jaminan keamanan dari dua pihak, sementara Israel tidak pernah menjamin keamanan Palestina.
Konflik antara penjajah dan dijajah yang mengharuskan adanya janji kemerdekaan pun tidak pernah ada.
Sebab, Israel tidak pernah menjanjikan kemerdekaan, tetapi otoritas terbatas.
Baca juga: Peliknya Konflik Israel-Palestina dan Bumerang Atas Serangan Hamas
Mutiah mengatakan, minimnya dukungan dari Liga Arab dikarenakan adanya kepentingan masing-masing, sehingga membuat mereka terpecah.
"Misalnya Mesir yang terobsesi Jalur Gaza dan Sinai tetap miliknya. Yordania menghendaki West Bank miliknya. Jadi negara Arab yang tidak bersatu itu menyulitkan penyelesaian konflik," kata dia.
Selain kepentingan, Liga Arab sudah banyak menghadapi konflik internal yang terjadi di setiap anggotanya.
Misalnya, Arab Saudi dengan Yaman dan Suriah yang menyelesaikan perang saudara berkepanjangan.
Sementara itu, Uni Emirat Arab dan Bahrain secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Israel belum lama ini.
"Liga Arab penuh masalah, tidak bisa kita harapkan menyelesaikan masalah Palestina ini," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.