Di Dhaka, ibu kota Bangladesh, sekitar pukul 2 dini hari, sekelompok sukarelawan bernyanyi sambil berkeliling melewati gang-gang sempit di bagian kota untuk membangunkan "rozedaar" (mereka yang berpuasa).
Mereka membawakan lagu kasidah dari puisi Urdu dan merupakan tradisi Ramadhan di daerah itu.
Bagian kota tua Dhaka memiliki tradisi penyanyi kasidah berasal dari era Mughal, tetapi tradisi tersebut perlahan-lahan memudar.
Baca juga: Panduan Takbiran Menyambut Hari Raya Idul Fitri 1442 H
Rashed Al Amin, seorang pengusaha kulit dari daerah Khajidewan di Old Dhaka, mengatakan bahwa munculnya TV satelit, internet, dan media sosial, mengubah kebiasaan tidur anak muda sebelum sahur.
Sementara itu menurut Azim Bakhsh, ketua Dhaka Kendra, sebuah organisasi budaya di kota, mengatakan bahwa keberadaan apartemen bertingkat tinggi juga menjadi faktor di balik tradisi yang perlahan memudar
Selain itu, kata Bakhsh karena lagu-lagu kasidah kebanyakan berbahasa Urdu, banyak orang yang menganggapnya sebagai tradisi non-Bengali.
“Tapi itu tidak benar. Urdu di Dhaka tidak seperti Urdu di Pakistan. Ini adalah bahasa Urdu sehari-hari dengan sedikit gangguan dari kata-kata Bangla ke dalamnya,” kata dia.
Meski perlahan mulai ditinggalkan, masih ada segelintir orang yang menaruh perhatian dan melestarikan tradisi Ramadhan ini.
Baca juga: Simak, Ini Panduan Shalat Idul Fitri 1442 H dari Kemenag
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.