Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Fitoplankton, Produsen Oksigen Terbesar di Bumi

Kompas.com - 04/05/2021, 09:10 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

Dampak buruk kerusakan fitoplankton

Arief mengatakan, jika terjadi gangguan pada ekosistem perairan, terkadang fitoplankton dapat tumbuh dengan sangat cepat (alga bloom).

Namun, pertumbuhan cepat tersebut menyimpan potensi dampak negatif. Mengapa demikian?

"Itu (pertumbuhan fitoplankton) kan dia menghasilkan biomassa yang banyak. Kemudian, yang namanya makhluk hidup kan suatu saat mereka akan mati semua. Ketika daur hidupnya suda selesai, biomassanya itu akan membusuk di perairan," kata Arief.

"Ketika terjadi seperti itu, oksigen yang diproduksi fitoplankton ketika mereka lagi banyak-banyaknya sekarang digunakan bakteria untuk merombak biomassanya. Sehingga perairan itu menjadi kekurangan oksigen atau hipoksia," lanjut Arief.

Dia menyebutkan, jika kondisi hipoksia itu sangat parah maka akan disebut anoksia atau kehabisan oksigen.

"Kita sering menyebutnya sebagai dead zone. Jadi area-area di perairan yang oksigennya itu sangat rendah. Organisme yang hidup di sana, baik di dasar maupun di kolom air akan banyak yang mati mendadak," jelas Arief.

Tidak hanya itu, perburukan kualitas perairan tempat fitoplankton berada juga dapat memicu munculnya jenis-jenis fitoplankton yang berbahaya.

"Fitoplankton itu kan jenisnya banyak sekali, ratusan jenis dalam satu lokasi. Ketika perairannya memburuk, otomatis kan (jenis) fitoplankton yang tadinya bermanfaat bagi ekosistem, yang bisa dimakan ikan dan larva udang, lama-lama akan berganti menjadi jenis-jenis yang berpotensi berbahaya atau beracun," kata Arief.

Menjaga keseimbangan fitoplankton

Arief mengatakan, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya perburukan kualitas perairan tempat fitoplankton tinggal.

"Cara yang paling dasar, walaupun kedengarannya sederhana tapi kalau dilakukan sangat sulit, itu adalah mengurangi jumlah pencemaran nutrien yang masuk ke perairan. Misalnya seperti nitrogen dan fosfat," kata Arief.

Dia menyebutkan, kedua senyawa tersebut biasa diproduksi oleh aktivitas pertanian dan perkotaan dalam bentuk limbah-limbah yang tidak diolah dan dibuang langsung ke perairan.

"Ketika semuanya (limbah) masuk ke perairan, itu akan menyebabkan fitoplankton tumbuh dengan cepat. Istilahnya cepet-cepetan nih, siapa yang tumbuh lebih cepat dari sekian ratus jenis fitoplankton yang ada di perairan. Nah kalau yang menang itu adalah yang istilahnya 'merugikan' akan menyebabkan efek berantai," kata Arief.

Arief juga menyebutkan, aktivitas perikanan berlebihan juga dapat mengakibatkan perburukan ekosistem perairan yang ditempati fitoplankton.

"Kemungkinan begitu. Karena kan fitoplankton ini produsen primer, dia ada di rantai paling bawah makanan. Kemudian, jika ikan-ikan yang ditangkap adalah yang biasa mengonsumsi fitoplankton itu, otomatis fitoplankton akan tumbuh terlalu cepat dan tidak ada yang mengontrol," ujar Arief.

Jika dibanding perikanan tangkap, menurut Arief, perikanan berbasis budidaya seperti tambak, berdampak lebih besar terhadap fitoplankton.

"Sisa pakan kemudian air bekas limbah. Sisa pakan yang menumpuk itu bisa memperkaya perairan dengan nutrien juga," kata Arief.

Arief menambahkan, aktivitas pertambangan di pesisir juga dapat mempengaruhi fitoplankton, misalnya penambangan batu bara dan timah.

"Pada dasarnya kontribusi fitoplankton besar sekali, cuma jarang ada yang benar-benar memahami. Biasanya orang awam hanya tahu soal pohon saja. Kalau fitoplankton ya kita menjaga jangan sampai jenis-jenis yang merugikan atau berbahay berkembang," kata Arief. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Mengenal Rafah, Tempat Perlindungan Terakhir Warga Gaza yang Terancam Diserang Israel

Tren
Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Fortuner Polda Jabar Tabrak Elf Picu Kecelakaan di Tol MBZ, Pengemudi Diperiksa Propam

Tren
Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Alasan Polda Metro Jaya Kini Kirim Surat Tilang via WhatsApp

Tren
UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

UPDATE Identitas Korban Meninggal Tabrakan KA Pandalungan Vs Mobil di Pasuruan, Berasal dari Ponpes Sidogiri

Tren
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, Bagaimana Aturan Publikasi Dokumen Perceraian?

Tren
Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Spyware Mata-mata asal Israel Diduga Dijual ke Indonesia

Tren
Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Idap Penyakit Langka, Seorang Wanita di China Punya Testis dan Kromosom Pria

Tren
Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Ribuan Kupu-kupu Serbu Kantor Polres Mentawai, Fenomena Apa?

Tren
Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Ramai soal Susu Dicampur Bawang Goreng, Begini Kata Ahli Gizi

Tren
57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini 'Ditemukan'

57 Tahun Hilang Saat Perang Vietnam, Tentara Amerika Ini "Ditemukan"

Tren
5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

5 Tahun Menjabat, Sekian Uang Pensiun Seumur Hidup Anggota DPR RI

Tren
Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Kisah Celia, Wanita yang Tidak Makan Selama 4 Tahun akibat Sindrom Langka

Tren
Tema Met Gala dari Masa ke Masa, 'Sleeping Beauties: Reawakening Fashion' Jadi Tajuk 2024

Tema Met Gala dari Masa ke Masa, "Sleeping Beauties: Reawakening Fashion" Jadi Tajuk 2024

Tren
Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Cabut Gigi Bungsu, ke Dokter Gigi Umum atau Spesialis Bedah Mulut?

Tren
Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Cara Daftar Anggota PPS Pilkada 2024, Berikut Syarat dan Prosedurnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com