HAI, apa kabarmu? Semoga kabarmu baik.
Banyak peristiwa terjadi pekan lalu yang membuat kita berpikir tentang keadaan kita. Apakah baik? Apakah buruk? Apakah tidak pasti antara baik atau buruk? Apakah dalam ancaman ketidakbaikan atau keburukan?
Banyak hal terjadi di luar kendali kita sendiri membuat kita hidup dalam ketidakpastian. Soal kabar misalnya, menjadi tidak pasti.
Pekan lalu, misalnya. Kita dikejutkan dengan teror bom. Bom bunuh diri terjadi di gerbang Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (28/3/2021) pukul 10.30 WITA.
Tidak sendiri, pelaku teror bom bunuh diri adalah pasangan suami isteri yang diidentifikasi sebagai L dan YSF.
Identifikasi keduanya dilakukan Tim Inafis Polrestabes Makassar dan Tim Labfor Mabes Polri.
Keduanya masih muda dan disebut polisi sebagai "milenial". L dan YSF berboncengan mengendarai sepeda motor dengan nomor polisi DD 5984 MD.
Identifikasi sebagai suami isteri didapat polisi dari keterangan Rizaldi. Rizaldi menikahkan L dan YSF pada September 2020.
Rizaldi ditangkap polisi pada Januari 2021. Rizaldi ditangkap bersama Zulfikar, menantunya yang tewas ditembak polisi.
Menurut keterangan polisi, Rizaldi bersama Zulfikar adalah anggota jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang diidentifikasi terkait bom Jolo di Filipina, 2018.
Terkait pasangan suami isteri ini, polisi menyebut L dan YSF bertugas sebagai pemberi doktrin, mempersiapkan jihad dengan bom bunuh diri dan membeli bahan untuk bom bunuh diri.
Bom bunuh diri dipersiapkan secara tepat terkait pemilihan waktu.
Pukul 10.30 saat bom bunuh diri itu meledak dan menewaskan L dan YSF adalah waktu peralihan jadwal misa Minggu Palma antara misa kedua dan ketiga.
Dalam tradisi Gereja Katolik, Minggu Palma adalah awal dari rangkaian Pekan Suci menuju Paskah yang akan jatuh pada 4 April 2021.