2. Jalur laut yang sangat padat
Diperkirakan, sekitar 12 persen perdagangan global menggantungkan distribusi mereka melalui Terusan Suez, karena jalur itu merupakan jalur laut terdekat yang menghubungkan Asia dengan Eropa.
Terusan itu merupakan jalur tembus, yang membuat kapal tidak perlu melewati laut Atlantik Selatan dan laut India selatan, serta memotong waktu tempuh dari laut Arab menuju Eropa hingga 8 sampai 10 hari.
Jalur laut lainnya, mengharuskan kapal berlayar melewati Tanjung Harapan di sisi selatan Afrika, dan dapat memakan waktu hingga dua minggu lebih lama.
Berdasarkan catatan SCA, hampir 19.000 kapal berlayar melewati Terusan Suez pada 2020.
Baca juga: Viral, Video Pengakuan 4 ABK Diduga Alami Penyiksaan di Kapal China
3. Terusan Suez pernah ditutup
Sejak dibuka pada November 1869, Terusan Suez telah menjadi salah satu jalur laut paling penting di dunia.
Kendati demikian, sejarah mencatat bahwa terusan ini pernah ditutup sebanyak lima kali. Sebagian besar disebabkan oleh konflik teritorial.
Penutupan paling krusial terjadi pada 1967, ketika pemerintah Mesir menutup Terusan Suez saat awal Perang Enam Hari antara negara-negara Arab melawan Israel.
Penutupan itu berlangsung selama delapan tahun, dan Terusan Suez baru dibuka kembali pada Juni 1975.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Kecelakaan Kapal Dona Paz di Filipina, 4.386 Orang Meninggal
4. Diperebutkan banyak negara
Pada 1958, hak untuk mengoperasikan Terusan Suez dipegang oleh Universal Suez Ship Canal Company, yang bertugas untuk membangun dan mengoperasikan jalur itu selama 99 tahun.
Mengutip History, pemegang saham mayoritas dari perusahaan tersebut adalah Inggris dan Perancis.
Kemudian, pada 1956, Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser memutuskan untuk mengambilalih operasional Terusan Suez.
Keputusan itu memicu Israel, bersama Inggris dan Perancis, menggempur Mesir melalui Sinai.