Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
AM Lilik Agung
Trainer bisnis

Mitra Pengelola GALERIHC, lembaga pengembangan SDM. Beralamat di lilik@galerihc.com.

Kritiklah Daku Kau Ku-buzzer

Kompas.com - 20/02/2021, 07:53 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Kedua, logis dan relevan. Logis terhubung dengan akal sehat dan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan. Relevan artinya kesesuaian informasi dengan kondisi saat ini. Banyak terjadi berita, foto atau video kejadian masa lalu dijadikan sumber informasi untuk menjelaskan kejadian saat ini.

Berpikir kritis yang seharusnya menjadi garda depan untuk menghadang mega inflasi informasi, ternyata justru melemah. Banyak masyarakat justru membangun tembok-tembok penggalang berpikir kritis.

Dua paling menonjol adalah egosentrisme dan pikiran terseleksi. Egosentrisme ini berbasis pada SARA. Kebinekaan berusaha diubah menjadi keikaan. Egosentrisme ini melahirkan pikiran terseleksi.

Artinya masyarakat mencari sumber berita bukan untuk mencari kebenaran, namun untuk menemukan pembenaran.

Sebagai contoh, pada pemilu presiden dengan dua calon. Jika seseorang mendukung calon presiden A, ia akan mencari sumber berita yang berisi puja-puji tentang presiden A.

Pada sisi lain dia akan mengkoret-koret berita tentang keburukan presiden B. Sumber berita yang dicari dari mana saja. Tidak peduli berita itu hoaks dan tipu muslihat.

Dalam konteks ini pendengung mendapat lahan nan subur. Pendengung semacam nabi baru di jagad maya.

Cuitannya menjadi sabda yang mendengung kemana-mana karena diamplifikasi oleh pengikutnya yang memang mencari sumber berita untuk dijadikan pembenaran.

Mengkritik pemerintah

Pada sepenggal massa yang lumayan panjang, Indonesia mengalami kejadian seperti ini ketika terjadi rivalitas antara Joko Widodo dan Prabowo. Pada dua kubu, muncul para pendengung yang memiliki daya tahan tinggi untuk terus memproduksi dengungan.

Pendengung tumbuh subur karena lahan persemaiannya adalah masyarakat yang terbelah dalam dua kubu yang militan. Berpikir kritis menguap, berganti menjadi egosentrisme dan pikiran terseleksi.

Kabar baik terjadi ketika Prabowo bergabung pada pemerintahan Jokowi. Ditambah menyusulnya Sandiaga Uno menjadi menteri. Dunia pendengung relatif berkurang jauh.

Khalayak sejenak rehat dari perang antar pendengung. Sampai akhirnya Jokowi melontarkan harapan agar masyarakat lebih aktif menyampaikan kritik terhadap kinerja pemerintah.

Yang terjadi kemudian seperti dialami Kwik Kian Gie. Bermaksud memberi kritikan justru yang didapat umpan balik berupa caci-maki pendengung. Mengapa bisa terjadi?

Kompas TV menayangkan acara bertajuk Influencer dan Pemerintahan Jokowi pada 4 September 2020. Salah satu narasumbernya Yose Rizal, pendiri Mediawave.

Rizal menayangkan data tentang trend perbandingan jumlah tagar dukungan vs serangan terhadap Presiden Jokowi. Data diambil dari 1 Januari 2018 hingga 31 Mei 2020. Hasilnya, tersua 3,35 juta tagar dukungan kepada Jokowi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Menggugat Moralitas: Fenomena Perselingkuhan di Kalangan ASN

Tren
5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

5 Fakta Kasus Mobil Mewah Pakai Pelat Dinas Palsu DPR, Seret Pengacara Berinisial HI

Tren
Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Beli Elpiji Wajib Pakai KTP, Pertamina: Masyarakat yang Belum Daftar Masih Dilayani

Tren
Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Kata PBB, Uni Eropa, Hamas, dan Israel soal Usulan Gencatan Senjata di Gaza

Tren
Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Beda Kemenag dan MUI soal Ucapan Salam Lintas Agama

Tren
Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Orang dengan Gangguan Kesehatan Ini Sebaiknya Tidak Minum Air Kelapa Muda

Tren
BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 2-3 Juni 2024

Tren
[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

[POPULER TREN] Harga BBM Pertamina per 1 Juni 2024, Asal-usul Kata Duit

Tren
Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com