Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Kemunculan Buaya Muara 2,5 Meter di Sampit, Ini Sebabnya

Kompas.com - 11/02/2021, 15:30 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

"Saat kemunculan buaya, itu kondisi air sedang surut. Wilayah perairan Desa Pelangsian masih terpengaruh kondisi pasang surut air laut," tutur Muriansyah.

Selain melakukan kroscek kepada warga sekitar, Muriansyah juga mengecek kondisi tepi sungai tersebut.

Muriansyah terkejut saat mendapati tepi sungai tersebut ditemukan banyak sampah rumah tangga yang dibuang warga ke sungai.

Warga setempat, kata dia, juga masih sering melakukan Mandi, Cuci, Kakus (MCK) di area sungai.

Baca juga: BKSDA Agam Sebut Penemuan Telur Buaya di Kebun Sawit Warga Bukan yang Pertama

Dugaan penyebab kemunculan buaya

Mendapati beberapa hal tadi, Muriansyah lantas mengumpulkan warga sekitar untuk diberikan pemahaman.

"Terutama dugaan penyebab buaya mendekati areal perairan sekitar pemukiman. Kami juga memasang 1 spanduk imbauan," jelas Muriansyah.

Dugaan penyebab yang dimaksud Muriansyah ada tiga hal, yakni:

  • Aktivitas warga yang membuang sampah rumah tangga ke sungai
  • Aktivitas warga yang membuang bangkai binatang ke sungai
  • Aktivitas pemeliharaan ternak di tepi atau di atas sungai

"Sedikit saya jelaskan, saya bertugas di BKSDA pos Sampit sudah 10 tahun. Dan setiap kemunculan dan serangan buaya, setelah saya cek sekitar lokasi, 95 persen selalu ada 3 hal di atas," tuturnya.

Sampah rumah tangga, di antaranya yakni berisi sisa-sisa nasi, jeroan ikan atau ayam yang berbau busuk.

Sementara itu, bangkai yang biasa di buang adalah ayam, kucing, anjing, itik, bebek, ular, dan tikus. Sedangkan ternak yang biasa di pelihara di sekitar sungai antara lain ayam, bebek, itik, dan babi.

Baca juga: Seorang Pria Berkelahi Melawan Buaya untuk Bertahan Hidup

Banyak buayadi Sungai Mentaya

Muriansyah mengatakan, masih terdapat banyak buaya yang berada di Sungai Mentaya, Plangsian.

Namun demikian, dia tidak bisa mematikan berapa banyak populasi buaya karena belum ada survei soal populasi.

Saat ditanya soal muasal dari buaya-buaya tersebut, Muriansyah menjelaskan beberpa hal.

"Sungai Mentaya dari dulu ada buaya, ini dari keterangan warga yang sudah 40-50 tahun tinggal di tepi sungai Mentaya," kata dia.

Selain itu diduga kuat ada penambahan populasi, di antaranya dari buaya yang mengalami kerusakan habitat.

Baca juga: [Klarifikasi] Video Perenang Dikejar Buaya Bernarasi Bahasa Indonesia

 

Sebab banyak rawa dan danau yang rusak bahkan kering di sekitar lokasi. Berganti dengan kebun, ladang dan pemukiman.

"Ada kanal atau irigasi, di sini di sebut pengaringan yang dibuat dengan tujuan mengeringkan daerah itu. Air nya di alirkan ke Sungai Mentaya. Otomatis semua satwa/binatang yang ada di danau/rawa tadi, turun semua ke sungai besar, termasuk buaya," jelas Muriansyah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Bagaimana Cahaya di Tubuh Kunang-kunang Dihasilkan? Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Tren
Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Moeldoko Sebut Tapera Tak Akan Senasib dengan Asabri, Apa Antisipasinya Agar Tak Dikorupsi?

Tren
Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tips Mengobati Luka Emosional, Berikut 6 Hal yang Bisa Anda Lakukan

Tren
Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Profil Francisco Rivera, Pemain Terbaik Liga 1 Musim 2023/2024

Tren
Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Benarkah Pakai Sampo Mengandung SLS dan SLES Bikin Rambut Rontok? Ini Kata Dokter

Tren
Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Dinilai Muluskan Jalan Kaesang, Ini Sosok Penggugat Batas Usia Calon Kepala Daerah

Tren
Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Apa Itu Skala Waktu Greenwich Mean Time (GMT)? Berikut Sejarahnya

Tren
Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Gunung Semeru Hari Ini Erupsi 8 Kali, Tinggi Letusan 400 Meter

Tren
KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

KAI Ancam Pelaku Pelemparan Batu ke Kereta, Bisa Dipidana Penjara Seumur Hidup

Tren
5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

5 Wilayah Berpotensi Banjir Rob 1-10 Juni 2024, Mana Saja?

Tren
Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Mengapa Anjing Peliharaan Menjulurkan Lidah? Berikut 7 Alasan Umumnya

Tren
12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

12 Wilayah yang Berpotensi Kekeringan pada Juni 2024

Tren
Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Alasan Pekerja yang Sudah Punya Rumah Tetap Harus Jadi Peserta Tapera

Tren
Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Cara Mengajukan Pinjaman Melalui Layanan Dana Siaga BPJS Ketenagakerjaan, Apa Syaratnya?

Tren
Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Viral, Video Harimau Sumatera Masuk ke Halaman Masjid di Solok, Ini Penjelasan BKSDA

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com