"Saat kemunculan buaya, itu kondisi air sedang surut. Wilayah perairan Desa Pelangsian masih terpengaruh kondisi pasang surut air laut," tutur Muriansyah.
Selain melakukan kroscek kepada warga sekitar, Muriansyah juga mengecek kondisi tepi sungai tersebut.
Muriansyah terkejut saat mendapati tepi sungai tersebut ditemukan banyak sampah rumah tangga yang dibuang warga ke sungai.
Warga setempat, kata dia, juga masih sering melakukan Mandi, Cuci, Kakus (MCK) di area sungai.
Baca juga: BKSDA Agam Sebut Penemuan Telur Buaya di Kebun Sawit Warga Bukan yang Pertama
Mendapati beberapa hal tadi, Muriansyah lantas mengumpulkan warga sekitar untuk diberikan pemahaman.
"Terutama dugaan penyebab buaya mendekati areal perairan sekitar pemukiman. Kami juga memasang 1 spanduk imbauan," jelas Muriansyah.
Dugaan penyebab yang dimaksud Muriansyah ada tiga hal, yakni:
"Sedikit saya jelaskan, saya bertugas di BKSDA pos Sampit sudah 10 tahun. Dan setiap kemunculan dan serangan buaya, setelah saya cek sekitar lokasi, 95 persen selalu ada 3 hal di atas," tuturnya.
Sampah rumah tangga, di antaranya yakni berisi sisa-sisa nasi, jeroan ikan atau ayam yang berbau busuk.
Sementara itu, bangkai yang biasa di buang adalah ayam, kucing, anjing, itik, bebek, ular, dan tikus. Sedangkan ternak yang biasa di pelihara di sekitar sungai antara lain ayam, bebek, itik, dan babi.
Baca juga: Seorang Pria Berkelahi Melawan Buaya untuk Bertahan Hidup
Muriansyah mengatakan, masih terdapat banyak buaya yang berada di Sungai Mentaya, Plangsian.
Namun demikian, dia tidak bisa mematikan berapa banyak populasi buaya karena belum ada survei soal populasi.
Saat ditanya soal muasal dari buaya-buaya tersebut, Muriansyah menjelaskan beberpa hal.
"Sungai Mentaya dari dulu ada buaya, ini dari keterangan warga yang sudah 40-50 tahun tinggal di tepi sungai Mentaya," kata dia.
Selain itu diduga kuat ada penambahan populasi, di antaranya dari buaya yang mengalami kerusakan habitat.
Baca juga: [Klarifikasi] Video Perenang Dikejar Buaya Bernarasi Bahasa Indonesia
Sebab banyak rawa dan danau yang rusak bahkan kering di sekitar lokasi. Berganti dengan kebun, ladang dan pemukiman.
"Ada kanal atau irigasi, di sini di sebut pengaringan yang dibuat dengan tujuan mengeringkan daerah itu. Air nya di alirkan ke Sungai Mentaya. Otomatis semua satwa/binatang yang ada di danau/rawa tadi, turun semua ke sungai besar, termasuk buaya," jelas Muriansyah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.