Dikutip dari Motherboard (25/1/2021), bot ini juga diklaim memiliki informasi mengenai pengguna Facebook yang berasal dari AS, Kanada, Inggris, Australia, dan 15 negara lainnya.
Dengan kerentanan keamanan data milik Facebook, Gal menilai hal ini sangat memalukan bagi Facebook.
Sebab, secara historis mengumpulkan nomor telepon dari orang-orang termasuk pengguna yang mengaktifkan autentikasi dua faktor.
Baca juga: Hacker asal Sleman Raup Rp 31,5 Miliar dengan Meretas Perusahaan di AS
Saat ini belum diketahui apakah pihak Motherboard atau peneliti keamanan telah menghubungi Telegram untuk mencoba menonaktifkan bot tersebut.
Harapannya Telegram sudah dapat menghentikan tindakan tersebut.
Yang menjadi perhatian adalah datanya masih tersedia di web, dan muncul kembali beberapa kali sejak pertama kali dihapus pada 2019.
"Saya hanya berharap akses mudah itu akan dihentikan," imbuhnya.
Baca juga: 5 Aplikasi Pesan Selain WhatsApp, Apa Saja?