Hal ini sempat disinggung oleh Epidemiolog Griffith Universiy Dicky Budiman, seperti diberitakan Kompas.com, akhir Desember 2020.
"Ini sifatnya untuk screening dini, seperti thermo gun cuma ini jauh lebih sensitif, tapi tidak bisa menggantikan PCR, rapid test antibodi atau antigen," ujar Dicky.
Mengenai prosedur, ahli biologi molekuler Indonesia, Ahmad Utomo, memberikan sejumlah pertanyaan dan catatan.
"Misalnya, ini jelas hasilnya positif, terus (GeNose) hasilnya negatif. Nanti kalau ada apa-apa liability-nya bagaimana? Atau misalnya dipakai di klinik, pasien protes ke klinik tersebut. Nah nanti yang layak diprotes itu kliniknya, produsennya, atau siapa?" kata Ahmad, seperti diberitakan Kompas.com, 27 Desember 2021.
Mengenai prosedur, tingkat labilitas, dan tanggung jawab terkait risiko GeNose, sampai saat ini belum ada keterangan resmi, baik dari Kemenkes maupun UGM.
Baca juga: KAI Akan Pasang GeNose C19 di Stasiun Kereta Api
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.