Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puting Beliung di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, Ini Penjelasan BMKG

Kompas.com - 20/01/2021, 20:45 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

Sehingga, potensi-potensi cuaca buruk seperti hujan lebat disertai kilat atau petir dan angin kencang masih perlu diwaspadai hingga Februari mendatang.

Bahkan pada beberapa kondisi, Miming menyebut, masih berpeluang terjadi puting beliung atau waterspout, atau bahkan hujan es.

"Ketika ada fenomena cuaca esktrem tersebut, masyarakat diimbau untuk berhati-hati dan tidak mendekati area fenomena tersebut, untuk menghindari risiko yang lebih buruk," ujar Miming.

Baca juga: Apakah Vaksin Dapat Melawan Varian Baru Corona? Ini Penjelasan WHO

Berbeda dengan tornado

Dikonfirmasi terpisah, Prakirawan Cuaca BMKG Ida Pramuwardhani mengatakan, fenomena waterspout yang terjadi di Wonogiri berbeda dengan tornado.

"Waterspout memiliki mekanisme pembentukan dan ciri yang sama dengan tornado, hanya saja waterspout terjadi di atas permukaan air sedangkan tornado di atas daratan," kata Ida saat dihubungi Kompas.com, Rabu (20/1/2021).

Ida mengatakan, kriteria waterspout, yakni fenomena pusaran angin yang terjadi di Wonogiri, hampir sama dengan puting beliung.

Ida menyebut, ada beberapa perbedaan antara puting beliung dengan tornado, yaitu:

  • Tornado umumnya terjadi di daerah lintang tinggi, sedangkan puting beliung di daerah lintang rendah (dekat ekuator)
  • Tornado terjadi karena adanya front (daerah pertemuan massa udara dingin dari kutub dengan massa udara hangat dari tropis), sedangkan puting beliung terjadi karena proses konvektif dari simpanan energi di permukaan bumi akibat radiasi matahari yang maksimal dari beberapa hari sebelumnya
  • Tornado memiliki intensitas atau kecepatan angin di pusaran angin yang tinggi (maksimum mencapai skala Fujita 5), sedangkan puting beliung memiliki intensitas atau kecepatan angin di pusaran angin yang lebih rendah (umumnya hanya mencapai skala Fujita 2).

Baca juga: Jack Ma Muncul Kembali Setelah Menghilang 3 Bulan, Ini Kronologinya

Wilayah berpotensi puting beliung

Ida mengatakan, secara statistik, puting beliung teradi di wilayah dengan pemanasan dan penyimpanan energi dari sinar matahari maksimal.

"Oleh karena itu cenderung lebih sering terjadi di wilayah dengan vegetasi atau tutupan lahan oleh tumbuhan yang kurang. Misalnya persawahan, padang rumput, perumahan, dan lapangan, meskipun masih berpotensi terjadi di wilayah lainnya," ujar Ida.

Dia menambahkan, masih berdasarkan statistik, puting beliung terjadi pada periode musim peralihan antara musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya, dan pada periode musim hujan.

"Pada periode tersebut, penyinaran matahari lebih optimal di wilayah Indonesia, dan kandungan uap air pembentuk awan cumulonimbus di mana puting beliung dan tornado terjadi, lebih mudah terbentuk dibandingkan pada saat musim kemarau," kata Ida.

Dia mengimbau, masyarakat diharapkan untuk lebih memperhatikan lingkungannya, dan tetap waspada jika berada pada lokasi dan periode sesuai dengan kriteria yang telah dia paparkan.

Baca juga: Ramai Tanda S.O.S di Pulau Laki, Lokasi Jatuhnya Sriwijaya Air, Apa Itu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com