KOMPAS.com - Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak masih menjadi perhatian masyarakat.
Pesawat dengan nomor penerbangan SJ 182 dilaporkan jatuh di perairan antara Pulau Laki dan Pulau Lancang, Kepulauan Seribu pada Sabtu (9/1/2021).
Sebelum dikonfirmaasi jatuh, pesawat yang mengangkut 62 orang itu hilang kontak pada pukul 14.40 WIB atau empat menit setelah lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banteng.
Kepala Basarnas Marsekal Madya TNI Bagus Puruhito mengatakan, pesawat Sriwijaya Air tidak memancarkan sinyal emergency location transmitter (ELT) ketika hilang kontak.
Baca juga: Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 Jatuh, Ini Sejarah Maskapai yang Berdiri 10 November 2003
Lantas, apa itu ELT?
Lightweight 406 ELT from ACR https://t.co/XejEx7Bimu pic.twitter.com/MEvjqRdLi1
— GA News (@genavnews) November 19, 2015
Dilansir dari laman Aircraft Owners and Pilots Association, ELT adalah perangkat penentu lokasi pesawat yang merupakan bagian dari standar peralatan di pesawat.
Jika terjadi kecelakaan pesawat, perangkat ini dirancang untuk mengirimkan sinyal marabahaya pada frekuensi tertentu.
ELT harus dipasang di hampir semua pesawat sipil yang terdaftar di Amerika Serikat (AS), termasuk pesawat penerbangan umum sebagai hasil dari mandat kongres.
Mandat itu dihasilkan berawal dari peristiwa hilangnya Perwakilan AS Hale Boggs dan Nick Begich pada 1972 di Alaska setelah pesawat mereka jatuh dan tidak pernah ditemukan.
Ketika ELT diamanatkan pada 1973, sebagian besar pesawat GA dilengkapi dengan ELT yang mentransmisikan pada frekuensi 121,5 MHz, frekuensi marabahaya internasional yang ditentukan.
Great info— NEVER turn on your 406 ELT.???? Only self test— Staying Found - Aviation Podcast https://t.co/50tSBcEofY https://t.co/71q1J2KOST @tfpofflying pic.twitter.com/Uj12ZdGvcl
— Trevor Smith (@DesertPilotTrev) January 27, 2018
ELT asli diproduksi dengan spesifikasi pesanan standar teknis FAA (TSO-C91).
Secara historis, ELT ini telah mengalami tingkat aktivasi kurang dari 25 persen dalam kerusakan aktual dan tingkat alarm palsu 97 persen.
Pada 1985, TSO-C91A ELT baru dikembangkan, yang secara substansial mengurangi atau menghilangkan banyak masalah dengan model sebelumnya.
Baca juga: 7 Fakta Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air SJ-182, dari Lokasi Pencarian hingga Profil Pesawat
TSO-C91A memberikan peningkatan kinerja dan keandalan (dengan tingkat aktivasi 73 persen dalam kerusakan aktual) dengan biaya yang lebih murah bagi pengguna.